zeina duduk melamun dipekarangan rumahnya, ia baru saja selesai menyiram tanaman dihalaman rumahnya. pikiran zeina kembali terpusat pada alif, sungguh zeina ingin sekali bicara pada pria itu dan ingin sekali memaafkannya tapi zeina belum bisa menatap alif secara langsung dari dekat, semua yang terjadi beberapa hari terakhir membuat zeina merasa canggung pada alif.
"Heh jangan ngelamun!" tegur zain yang baru saja tiba seraya menepuk bahu kanan zeina. zeina sedikit terkejut karna memang ia sedang melamun saking terhanyut dalam pikirannya.
zain duduk dikursi samping zeina, ia menatap kakaknya lalu terkekeh.
"kenapa? biasanya marah kalo aku tegur?" tanyanya.
"Gak mood!" cetus zeina.
"kenapa lagi?"
"gak mood aja"
"jujur."
zeina menghembuskan nafas pelan lalu menoleh kearah zain, ia mulai menampakkan wajah serius hingga membuat zain bingung.
"kenapa?" tanya zain heran.
"menurut kamu aku maafin alif atau enggak?" tanya zeina balik.
zain menghela nafas, ia pikir apa yang membuat kakaknya itu menjadi aneh, ternyata memang tidak jauh dari topik sejak beberapa hari ini, alif.
"maafin aja udah!" tegas zain.
zeina mengernyitkan dahinya heran. "bukannya kamu juga marah sama alif?" tanyanya tak mengerti.
zain mengedarkan pandangannya lalu menatap kearah depannya. "ya memang. tapi marah aku masih masuk akal gak kayak kamu!"
"maksud kamu? aku salah gitu marah sama dia?"
"gak. kamu gak salah marah sama dia, tapi bagaimanapun kak alif masih manusia sepintar dan sekaya apapun dia, yang namanya manusia pasti pernah berbuat kesalahan." jelas zain.
zeina diam. ia mulai menundukkan kepalanya dengan wajah cemberut, yang dikatakan zain memang benar adanya, zeina tiba-tiba merasa bersalah dan melupakan rasa kecewanya begitu saja.
"kalo gitu aku harus maafin alif kan?" tanya zeina lirih.
mendengar itu zain pun menatap kakaknya yang terus saja menunduk, senyum tipis mulai terlihat darinya lalu ia pun mengusap lembut rambut zeina.
"terserah kamu, tapi saran aku lebih baik kalian berbaikan aja. aku capek lihat kamu galau terus berhari-hari, jadi aneh tau gak."
zeina menatap zain dengan wajah kesal dan zain yang ditatap seperti itu malah tertawa senang karna bisa meledek kakaknya lagi seperti dulu.
"oh ya, malam ini ibu minta aku kerumah majikannya, kata ibu majikannya mau kasih ibu beberapa barang dan ibu gak bisa bawa sendiri jadi ibu minta bantuan aku" ucap zain.
"emang kamu tau rumah majikan ibu dimana?" tanya zeina.
"gak tau, nanti ibu sherlock ke aku"
"aku ikut deh!" titah zeina.
zain mengernyitkan dahinya. "mau apa?" tanyanya.
"ya ikut aja. aku juga mau tau rumah majikan ibu, aku penasaran sama mereka karna selama ini ibu cerita kalo mereka selalu baik sama ibu."
"yaudah kamu ikut"
"oke"
****
malam tiba....
zeina sedang bercermin didepan meja riasnya, ia menatap dirinya sendiri lalu tersenyum, zeina benar-benar tidak sabar menunggu hari esok ketika ia akan bicara dengan alif dan memperbaiki hubungannya yang renggang beberapa hari ini, jujur saja zeina benar-benar merindukan kekasihnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teruntuk Dia (END)
Teen FictionJudul awal (Alze) "Alif... jadi pacar aku ya?!" kata seorang gadis dengan senyum sumringah. "Gue gak suka cewek bodoh!" Cetus alif pada gadis itu. Sebuah kisah putih abu-abu terjadi! Akankah Alif akan luluh pada gadis bodoh itu dan jatuh cinta padan...