Dilema

553 36 0
                                    

Jam istirahat zeina bersama dengan zain, reo dan fia makan bersama dikantin, suasana diantara mereka sangat canggung tidak seperti biasanya dan itu semua karna kebungkaman zeina, gadis itu hanya mengaduk-aduk asal makanannya sambil melamun, raut wajah zeina tidak menunjukkan ekspresi apapun dan itu membuat kedua sahabatnya bahkan adiknya pun bingung bagaimana cara menghibur zeina.

"Ze?" akhirnya reo pun angkat bicara.

tak ada sahutan apapun dari zeina tapi ia menoleh kearah reo seakan bertanya ada apa.

"makan!" pinta nya menunjuk kearah makanan zeina yang masih utuh.

zeina hanya menganggukkan kepalanya pelan, tanpa semangat apapun zeina memakan makanannya itu pun hanya sesuap dan sangat sedikit, melihat itu zain pun menghela nafas pelan.

"kak.. makan, tadi dirumah kamu juga belum makan!" titahnya pada zeina.

zeina menatap zain, sungguh zeina benar-benar tidak bisa menghilangkan rasa sakit dihatinya, zeina benar-benar takut ditimpa kenyataan bahwa alif benar-benar akan mencampakkannya begitu saja.

"gue gak lapar, kalian aja yang makan gue mau ketoilet dulu." tanpa menunggu jawaban lagi zeina pun segera melenggang pergi dari sana, fia bangkit hendak menyusul zeina tapi zain menahan lengannya.

"zain kenapa?" tanya fia.

"gak usah. kalian makan aja biar gue yang susul zeina" ucapnya lalu melenggang pergi.
zain pun menyusul zeina, ia tau apa yang akan zeina lakukan ditoilet, zain sungguh tidak tega melihat kakaknya dan ia tidak akan meninggalkan kakaknya sendirian disaat sulit seperti ini.

sedangkan fia kembali duduk ditempatnya lalu menghela nafas gusar. "Sumpah gue nyesel kenapa gue restuin zeina sama alif, sekarang sahabat gue jadi galau gini." ucapnya.

mendengar itu reo pun ikut menghela nafas. "gue gak tau harus ngomong gimana, gue gak mau memperkeruh keadaan dengan menyudutkan alif, gue tau zeina sekarang lagi merasa tertekan banget apalagi seluruh sekolah udah tau, entah siapa yang nyebarin ini!" keluhnya.

"mungkin aja selain kita hari itu ada orang lain juga dari sekolah ini" opini fia

"itu bisa aja. ditambah hari ini alif gak masuk, siswi lain semakin mencecar zeina, kita sekarang beda kelas sama zeina gue bingung gimana cara bantu dia, gue yakin dikelasnya pun banyak yang menyudutkan dia"

fia menganggukkan kepalanya setuju. "lo udah coba hubungi alif belum?" tanyanya.

"udah tapi gak diangkat, gue pengen tanya kenapa dia gak masuk hari ini"

"kenapa kita gak tanya aja siapa cewek itu?"

reo sontak menatap fia. "lo lupa kita udah janji sama zeina gak akan mengungkit apapun, kita harus jaga perasaan zeina, gue yakin zeina lebih penasaran daripada kita dan dia pengen jadi orang yang pertama dapat penjelasan dari alif"

"iya lo benar. sekarang ini kita cuma bisa dukung zeina dan kasih semangat buat dia"

reo pun menganggukkan kepalanya setuju dengan apa yang dikatakan oleh fia, mereka pun mulai menghabiskan makanan mereka.

***

sedangkan disisi lain zeina masuk disalah satu bilik toilet, air mata mulai bercucuran dari matanya. sejak tadi ia sudah berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh tapi tetap saja ia dikalahkan oleh rasa sakit yang begitu dalam dihatinya. jujur saja zeina tidak mau percaya dengan apa yang ia lihat, ia ingin mendengarnya langsung dari alif baru ia percaya tapi seluruh sekolah bahkan sudah mengetahuinya dan yakin bahwa alif hanya mempermainkannya, bagaimana zeina bisa membantah seluruh sekolah seorang diri?

Teruntuk Dia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang