emosi

786 37 4
                                    

Zain duduk dikursi yang ada disamping bangsal zeina, tatapannya tak terlepas dari zeina yang seperti enggan membuka matanya. hari sudah berganti malam dan zain masih setia menunggu diruang rawat kakaknya sedangkan ira, zain sudah meminta ibunya untuk pulang beristirahat, meski awalnya ira menolak tapi zain memaksanya demi kesehatan ibunya juga.
dan reo, pria itu juga masih setia disana menemani zain, zain juga sempat meminta reo untuk pulang karna reo sudah berada disana sejak pagi atau lebih tepatnya sejak zeina dibawa kerumah sakit tapi pria itu menolak dengan alasan ingin menunggu hingga zeina sadar.

reo menatap kearah zain, reo menghela nafas pelan. reo paham pasti sebagai adik zain pun merasakan sakit yang dirasakan oleh zeina, zain juga adalah saksi dari ketidakberdayaan zeina sejak dulu, sebagai adik dan juga laki-laki zain pasti sangat ingin melindungi kakaknya.

"lo tenang aja, kata dokter kondisi kakak lo aman kok jadi jangan terlalu khawatir, lo tidur aja biar gue yang jagain zeina." ucap reo.

zain sedikit melirik kearah zain. "gak usah. lo aja yang tidur, gue gak ngantuk kok.", sahutnya.

"kalo gitu gue juga gak bisa tidur"

zain diam tak menyahuti lagi, ketika ia hendak membenarkan selimut yang menutupi kakaknya tanpa sengaja ia melihat dua jari kakaknya bergerak sontak ia pun menatap wajah zeina.

"kak?" panggil zain berusaha menyadarkan zeina.
mendengar itu reo bangkit lalu mendekat kearah zain.

"kenapa zain?" tanya reo cemas.

"tadi jari kakak gue gerak" sahutnya antusias.

dan benar saja, beberapa saat kemudian mata zeina terbuka membuat reo dan zain sontak menatapnya dengan wajah senang.

"ze lo udah sadar? gimana perasaan lo sekarang?" tanya reo.

zeina belum sadar sepenuhnya, ia masih belum memahami situasi bahkan penglihatannya pun masih tidak jelas.

"zain lebih baik lo panggil dokter sekarang!" titah reo. tanpa bantahan zain mengangguk lalu berlari keluar untuk memanggil dokter.

Reo pun memegang tangan zeina lalu menyentuh pipi gadis itu. "ze lo dengar gue kan? ini gue reo, lo gakpapa kan ze?" tanyanya lagi.

masih belum ada respon, mata zeina memang terbuka tapi ia belum bisa menelaah siapa yang sedang berbicara dengannya.

tak lama zain datang bersama dengan seorang dokter.

"kapan pasien sadar?" tanya dokter itu pada reo.

"baru saja dok, tapi dia tidak menjawab ketika saya ajak bicara." ucap reo.

"baiklah. tolong kalian keluar dulu biarkan saya melakukan pemeriksaan terhadap pasien." titah dokter itu.

"tapi dok-

"zain!" panggil reo pelan. zain menatap kearah reo dan reo hanya mengangguk memberi kode agar mereka keluar dan zain tak perlu merasa cemas.
akhirnya mereka pun keluar dari ruang rawat itu menunggu pemeriksaan dokter pada zeina.

beberapa menit menunggu akhirnya pintu ruang rawat itu kembali terbuka dan dokter keluar dari sana.

"bagaimana keadaan kakak saya dok?" tanya zain tergesa-gesa.

"pasien sekarang sudah kembali tidur karna saya menyuntikan obat tidur untuknya." sahut dokter itu.

reo mengernyitkan dahinya. "tapi kenapa dia disuntikan obat tidur ketika dia baru saja sadar dok?" tanyanya heran.

"saya akan jelaskan, kalian ikut saya biar saya jelaskan diruangan saya." ajak dokter itu.

"tapi zeina?" tanya reo.

Teruntuk Dia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang