"maafin gue untuk yang kemarin." Ucap Alif menatap zeina dengan tatapan yang begitu serius hingga membuat zeina mematung ditempatnya, untuk kali ini Zeina tidak akan menyangkal jika dia sungguh menyukai Alif. Sungguh pria yang sangat ia idamkan.
Melihat zeina yang diam tidak bergeming membuat Alif menatapnya heran, apa gadis itu tidak mendengar perkataannya hingga hanya diam saja?
"Woi!" Panggil Alif. Zeina tersadar.
"Ah..iya." Aish, Zeina merukuti dirinya yang lagi-lagi bodoh dihadapan Alif.
"Lo denger kan gue ngomong apa?" Tanya Alif.
"Denger lah. Telinga aku masih berfungsi dengan normal."
"Bagus."
"Aku yang seharusnya minta maaf, kemarin aku cuma lagi sensitif aja, aku tau kamu gak maksud kayak gitu sama aku" Ucap zeina.
Alif menatap gadis itu heran, Alif fikir zeina marah padanya berfikiran buruk bahwa Alif sungguh menghinanya tapi ternyata gadis itu justru malah meminta maaf padanya.
"Lo gak marah sama gue?"
"Enggak kok. Lagian aku udah terbiasa sama kamu, aku kenal kamu dan gak mungkin kamu menghina aku, aku percaya sama kamu"
Alif tersentuh dengan perkataan gadis itu, Alif mengakui kebodohan zeina setiap bersamanya tapi Alif tidak tahu bahwa gadis ini memiliki pemikiran yang sangat terbuka.
"Udah ya aku mau balik kerja." Pamit zeina langsung melenggang pergi membawa trolinya tanpa menunggu jawaban Alif.
Alif menatap langkah zeina yang semakin menjauh darinya lalu menghilang terhalang rak buku yang menjulang tinggi, entah kenapa tapi Alif tidak bisa menyembunyikan senyumnya, senyum bahagianya. Ekspresi yang jarang sekali ia tunjukan ini kini muncul hanya karena gadis bodoh itu, ah Alif memang sudah dibuat gila oleh zeina.Alif akhirnya memutuskan untuk keluar dari perpustakaan dan kembali kekelasnya, begitu sampai kelas tiba-tiba Reva datang mendekat kearahnya.
"Alif." Panggil Reva.
Alif melangkah menuju kursinya lalu duduk."Hem?" Dehemnya seraya membuka ransel miliknya lalu mengeluarkan buku pelajaran yang akan diajarkan nanti setelah bel istirahat, jujur sebenarnya Alif sudah sering mengulang pelajaran itu hingga bosan tapi Alif hanya butuh sesuatu untuk mengalihkan fikirannya dari zeina, Alif tidak mau terus tersenyum bodoh hingga membuat orang nanti mengira dirinya gila.
"Kamu udah makan? Kok aku cari dikantin kamu gak ada?" Tanya Reva.
"Gak lapar" Ucap Alif dengan wajah datarnya.
"Kamu emang darimana?"
"Bukan urusan Lo!"
"Alif kamu tau kan kemarin aku ditampar sama zeina?"
"Bukan urusan gue!"
"Alif kamu harus adil dong, dia udah nampar aku masa hukumannya cuma bersihin ruang penyimpanan barang olahraga, kan gak adil." Rajuk Reva.
Alif menatap Reva tajam, bukan hanya Reva siapapun yang menatap mata tajam itu pasti berkedik takut.
"Berisik! Lo gak lihat gue lagi belajar?!" Ketus Alif.
"Maaf."
"Pergi!"
Reva pun pergi menjauh dari Alif. Sedangkan Alif jadi badmood begitu bicara dengan Rena, seenaknya saja dia mengatakan hal yang dia bilang tidak adil, bukankah seharusnya Reva juga dihukum karna dia juga salah.***
Pulang sekolah...
Dengan langkah menuju parkiran Alif menyumbat telinganya dengan earphone, daripada mendengar pekikan siswi yang melihatnya lebih baik mendengarkan musik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teruntuk Dia (END)
Teen FictionJudul awal (Alze) "Alif... jadi pacar aku ya?!" kata seorang gadis dengan senyum sumringah. "Gue gak suka cewek bodoh!" Cetus alif pada gadis itu. Sebuah kisah putih abu-abu terjadi! Akankah Alif akan luluh pada gadis bodoh itu dan jatuh cinta padan...