Zeina membuka matanya ketika sinar lampu benar-benar menyorot indra penglihatannya, perlahan zeina bangkit dari tidurnya lalu menatap jam yang tertempel didinding. jam menunjukkan pukul 5 sore yang berarti zeina sudah tertidur selama 8 jam, zeina tak menyangka ia akan tidur siang selama itu karna biasanya hanya 3 atau 4 jam saja, mungkin kali ini karna zeina terlalu banyak beban pikiran, tidur malam juga tidak nyenyak dan lelah jadi ia bisa tertidur lama.
dilihat zain berdiri diambang pintu kamarnya, zeina tau sekarang bahwa pelaku yang menghidupkan lampu kamarnya adalah adiknya.
"Bangun-bangun! mandi sana abis itu makan, kamu belum makan dari kemarin malam." titah zain menghampiri zeina.
tanpa suara zeina hanya menganggukkan kepalanya, zeina berjalan perlahan dengan raut wajah mengantuk zeina mengambil handuk mandinya dan juga baju yang akan ia kenakan dan pergi kekamar mandi untuk membersihkan dirinya.
zain yang melihat itu hanya bisa geleng-gelengkan kepala nya saja, entah berapa lama kakaknya akan terus tanpa semangat seperti ini.zain memutuskan pergi kedapur, ia sudah memasak sejak pukul 3 untuk zeina tapi melihat zeina tidur sangat pulas sejak pulang sekolah zain benar-benar tidak tega membangunkan kakaknya tapi karna jam sudah menunjukkan waktu sore hampir malam jadi zain membangunkan kakaknya itu. zain menghangatkan makanan yang sudah dingin karna kelamaan menunggu kakaknya.
hingga dua puluh menit berlalu zeina datang kemeja makan menghampiri zain yang sudah duduk menunggu zeina.
"kamu masak?" tanya zeina seraya duduk dikursinya.
"iya cuma nasi goreng sama telur dadar gakpapa kan?" sahut zain bertanya balik.
"gakpapa yang penting makan." zeina pun mengambil piring dan segera mengambil nasi goreng juga telur dadar buatan adiknya, jangan meragukan masakan zain, karna meskipun ia pria remaja untuk masalah memasak zain tidak kalah dari zeina, zain itu sangat pintar hingga sekali belajar pun hasilnya cukup memuaskan.
zain dan zeina pun makan dengan keheningan beberapa saat, belum ada yang membuka suara baik zain ataupun zeina.
zain melirik kearah zeina yang makan dengan tenang, ia tersenyum tipis mendapati kakaknya yang makan dengan begitu nafsunya, baguslah. setidaknya zeina bisa mengisi perutnya dan keadaannya pun mulai terlihat baik-baik saja."oh iya malam ini aku mau pergi kamu jaga rumah ya." ucap zain.
zeina sontak menoleh kearah zain. "kemana?" tanyanya.
"kerumah sakit besuk teman smp aku, dia kecelakaan kemarin jadi aku janjian sama teman-teman aku buat kesana besuk dia."
"innalillahi. aku ikut ya?" titah zeina.
"mau apa? aku sama teman-teman smp aku loh" tanya zain.
"ikut aja. aku malas kalo dirumah sendirian, pokoknya mau ikut dan tenang aja aku gak akan gabung sama kalian, aku nanti tunggu ditaman rumah sakit atau ditempat lain, sekalian cari hiburan."
"hiburan apa yang ada dirumah sakit?"
"ya gak ada sih tapi pokoknya aku ikut!" tegas zeina tak mau dibantah.
"yaudah kamu boleh ikut." putus zain.
mendengar itu zeina pun tersenyum dengan lebar. "makasih adikku yang paling ganteng" pujinya.
zain hanya menanggapinya dengan senyum tipis, melihat senyum lebar zeina membuat zain ikut bahagia karna setidaknya zeina sedikit melupakan masalahnya. memang dalam keadaan seperti ini seharusnya zain selalu menemani zeina agar kakaknya itu tidak kesepian yang malah kepikiran dengan masalahnya.
selesai makan zeina mencuci piring karna ia tak mau merepotkan adiknya yang sudah memasak dan juga membereskan rumah seorang diri, zeina benar-benar merasa tidak enak hati meski zain adalah adiknya tapi seharusnya tanggung jawab rumah adalah miliknya tapi zain malah melakukannya hanya karna zeina sedang patah hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teruntuk Dia (END)
Teen FictionJudul awal (Alze) "Alif... jadi pacar aku ya?!" kata seorang gadis dengan senyum sumringah. "Gue gak suka cewek bodoh!" Cetus alif pada gadis itu. Sebuah kisah putih abu-abu terjadi! Akankah Alif akan luluh pada gadis bodoh itu dan jatuh cinta padan...