Ujian

636 34 2
                                    

Zeina menghembuskan nafas lega ketika ia sudah keluar dari ruangan ujian, soal-soal itu berhasil membuat kepalanya pening bahkan ini baru ujian dihari pertama entah bagaimana dengan ujian-ujian berikutnya.
Zeina mulai melangkah menyusuri koridor menghampiri ruangan alif, zeina dan alif memang berada diruangan yang berbeda, tentu saja berbeda. ruang ujian dibagi menjadi 2 disetiap kelas dan alif mendapatkan ruang 1 sedangkan zeina mendapat ruang 2, pembagian ruangan diambil dari absen dan tentunya mereka berpisah karna nama alif ada diabsen pertama sedangkan zeina berada dipaling akhir.

Zeina melirik kearah ruang 1, ia bingung karna ruangan itu sudah kosong, tidak ada siapapun disana.

"Kemana alif? kenapa sudah keluar duluan tapi gak menemui aku?" batin zeina kesal.

Ahhkk...

Zeina terperanjat, saat ia berbalik ia melihat wajah yang begitu dekat dengan wajahnya membuat dirinya benar-benar terkejut. zeina mengelus dadanya berusaha menetralkan detak jantungnya yang berdetak lebih cepat, untunglah ia tak punya riwayat penyakit jantung.
Sedangkan sang pelaku hanya terkekeh karna berhasil menjahili gadisnya itu.

"Alif, kamu?" zeina kesal melihat alif yang menertawainya, "Kamu sekarang punya hobi baru ya? hobi bikin orang kaget?" geramnya.

Alif terkekeh melihat kekesalan zeina yang menurutnya semakin menggemaskan dimatanya.

"Kamu lagian ngapain berdiri disini sambil ngelamun gitu hem?" tanya alif menghentikan tawanya.

"Aku cari kamu tau!" ucap zeina dengan wajah ditekuk dan memalingkan wajahnya dari alif.

Alif tahu sekarang zeina sedang kesal padanya, entahlah kenapa sekarang ia lebih suka menjahili zeina, ia sangat kecanduan melihat wajah zeina yang bertambah menggemaskan itu.

"Ngapain cari aku?" tanya alif yang semakin membuat zeina tersulut kesal.

"Oh gitu, yaudah kalo kamu gak mau aku cari gakpapa, aku cari reo aja" balas zeina hendak melenggang pergi tapi dengan cepat alif mencekal tangannya.

Pandangan mereka bertemu, keduanya sama-sama memasang wajah datar.

"Berani cari cowok lain?" ucap alif penuh penekanan, jujur saja zeina takut tapi ia berusaha membuang rasa gugupnya, ia tak mau kalah dari alif kali ini.

Zeina menghempaskan tangan alif begitu saja, "Berani, emangnya kamu siapa aku harus takut sama kamu?" sahutnya tak kalah sinis.

Baru saja zeina hendak melangkah tiba-tiba saja tubuhnya terangkat, alif menggendongnya bak membawa karung beras dibahunya membuat zeina terkejut.

"Alif lepasin, turunin aku!" titah zeina seraya menepuk punggung alif meronta minta dilepaskan.

"Diam! kamu berani cari cowok lain, terima saja konsekuensinya" tegas alif.

Begitu sampai diparkiran alif memasukan tubuh zeina kedalam mobil secara hati-hati, ia memutar lalu ikut masuk kedalam mobil.

"Kamu ngapain sih kayak tadi? aku kaget tau!" kesal zeina menatap alif yang malah diam dengan wajah datar.

Alif pun mengendarai mobilnya dengan santai tanpa perduli dengan celotehan zeina, dan zeina yang sudah lelah pun memutuskan untuk diam dan memandang jalanan yang ia lewati melalui jendela mobil. sesekali alif memperhatikan zeina yang diam, alif tak sangka waktu berjalan begitu cepat hingga menyatukannya dengan zeina, bahkan jika takdir berkehendak 3 hari lagi pembahasan pernikahan mereka akan terus berlanjut.

Setelah memarkirkan mobilnya dihalaman rumah alif pun membawa zeina masuk kedalam rumahnya, zeina sudah mulai terbiasa karna sejak hari itu alif selalu membawanya kerumahnya, bahkan sekarang zeina sudah mulai memanggil zahra dan rafa dengan sebutan umi dan abi persis seperti alif.

Teruntuk Dia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang