Kencan pertama

874 44 14
                                    

"mau kemana?" suara bariton itu berhasil mengejutkan zeina yang kini sedang bersiap didepan cermin. sontak zeina menoleh kearah zain yang kini berdiri diambang pintu kamar zeina.

"ih kamu ngagetin aku aja sih." kesal zeina.

seakan tak perduli zain pun masuk kedalam kamar sang kakak lalu duduk ditepi ranjang zeina.

"jawab aku. kamu mau kemana?" tanya zain.

"pergi makan malam" sahut zeina santai.

"sama siapa?"

zeina sontak terdiam. zeina lupa bahwa ia belum menjelaskan apapun pada adiknya itu, ah zeina merukuti kebodohannya lagi. hanya karna senang ingin pergi makan malam dengan kekasih barunya zeina sampai lupa menceritakannya pada sang adik.
zeina bangkit dari kursinya lalu mendekat kearah zain dan duduk disamping adiknya itu.

"aku mau cerita sama kamu tapi kamu janji ya jangan bilang sama ibu dulu." kata zeina.

zain mengernyitkan dahinya heran melihat wajah serius kakaknya itu.

"apaan sih? bikin penasaran aja?" tanya zain.

"jadi gini. hari ini aku jadian sama alif."

zain sontak membulatkan matanya menatap zeina tak percaya.

"aku tau kakak suka sama kak alif, tapi tolong kakak jangan mengkhayal kayak gitu dong." cetus zain yang berhasil membuat wajah antusias zeina berubah masam.

"aku gak mengkhayal, aku serius." bantah zeina. melihat wajah serius kakaknya itu membuat zain ingin percaya.

"gimana bisa? bukannya kak alif gak suka sama kakak?"

zeina tersenyum menatap zain. "dia tuh cuma malu-malu aja jadi gak ngaku suka sama aku."

zain memutar bola matanya malas melihat tingkat kepedean kakaknya itu.

"tapi kakak yakin kak alif serius jadiin kakak pacarnya? aku gak mau ya nanti kakak nangis terus galau-galau gara-gara putus cinta, aku gak mau ribet." cetus zain.

"aku juga awalnya gak yakin, tapi lihat sikap alif yang posesif sama aku, aku jadi yakin kalo alif gak mungkin main-main."

zain diam. melihat kebahagiaan yang terukir diwajah kakaknya tentu saja membuat zain bahagia. sejak pulang sekolah tadi zain melihat zeina yang sedang memasak makan malam sambil bersenandung bahagia, awalnya zain mengira kakaknya bahagia karna alasan lain tapi begitu ia menghampiri zeina yang tengah rapi-rapi membuatnya bingung hingga akhirnya bertanya-tanya.
meskipun sebenarnya zain sedikit khawatir dengan berita jadiannya sang kakak dengan alif, zain takut kebahagiaan kakaknya itu justru awal dari kesedihan, tapi zain tidak bisa berpikir negatif seperti itu, bagaimana pun zain pasti akan mendoakan yang berbaik untuk zeina dan selalu mengawasinya, zain tidak akan membiarkan siapapun menyakiti kakaknya.

tingg...

suara dering ponsel zeina membuyarkan lamunan zain, zeina menatap ponselnya yang ternyata itu adalah pesan dari alif yang bilang bahwa sudah menunggu didepan rumah zeina, senyum pun mengembang diwajah zeina.

"alif udah jemput, aku pergi ya. baik-baik dirumah, kalo ibu tanya bilang aku kerumah fia ya" kata zeina.

"iya-iya bawel. ayo aku anter kedepan." sahut zain.

zain pun mengantar zeina hingga depan rumah, benar saja kini alif tengah berdiri bersandar dimobilnya menunggu kedatangan zeina, begitu melihat zeina datang bersama zain alif pun berdiri tegak.

"Hai alif." sapa zeina dengan senyum bahagia.

"hai" balas alif senantiasa dengan wajah datar.

alif sontak menatap zain yang kini diam sambil menatapnya. sadar akan suasana yang tegang zeina pun segera bersuara.

Teruntuk Dia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang