Zeina masuk kedalam kelasnya dan duduk dengan tenang menunggu bel masuk, sebenarnya zeina ingin keperpustakaan tapi karna ia sedang malas dengan buku-buku yang pasti berantakan jadi ia menunda, biar nanti saja baru ia kerjakan.
"Pagi ze.." Sapa fia yang datang masuk kekelas.
"Pagi. Tumben banget lo datang pagi-pagi?"
"Karna bokap gue yang ada urusan jadi nganter gue pagi-pagi deh."
Zeina menganggukkan kepalanya mengerti.
"Lo udah sarapan belum?" Tanya fia
Zeina hanya menggelengkan kepalanya.
"Kalo gitu ayo kita kekantin."
Tanpa bantahan lagi zeina pun mengikuti langkah fia bersama pergi kekantin untuk sarapan.Tak butuh waktu lama mereka sampai dikantin lalu duduk disalah satu tempat yang disediakan dikantin.
Kantin mereka ini seperti seperti makan dirumah, makanannya tidak seperti kantin sekolah lainnya. Makanan yang disediakan dikantin sana itu seperti prasmanan yang bisa murid ambil sendiri lalu membayarnya hanya dengan kartu khusus kantin sekolah itu tinggal menempelkannya saja kesebuah scan khusus lalu murid bisa langsung menyantap makanan mereka.Setelah mengambil sarapan mereka zeina dan fia kembali ketempat mereka.
"By the way, gue kemarin lihat salah satu siswi sini posting foto Alif, Lo sama Zain disekitar sini." Ucap fia.
Zeina menghembuskan nafas kesal mendengarkan ucapan fia.
"Jangan dibahas, bikin emosi gue!" Kesalnya kembali mengunyah makanannya dengan wajah yang terlihat kekesalannya.
Fia menatap sahabatnya aneh.
"Jadi Lo udah berani mengenalkan Zain sebagai adik Lo?"
Zeina mendongak menatap fia dengan wajah yang semakin kesal.
"Mana ada gue berani, si adik ngeselin itu muncul didepan gerbang sekolah, dan didepan Alif dengan gampangnya dia teriak kalo gue kakaknya, astaga bikin gue darah tinggi tau gak."
Melihat kekesalan sahabatnya fia jadi bingung, padahal menurutnya bukankah bagus jika punya adik yang tampan,pintar dan populer, seandainya Zain adalah adik dia maka fia dengan gampang akan memamerkannya.
Tiba-tiba beberapa murid perempuan mendatangi tempat zeina dan fia dengan heboh hingga membuat mereka tersentak terkejut.
"Kak zeina aku dari kelas 10 B, kemarin aku lihat adik kakak sangat tampan, bolehkah aku tau dimana dia sekolah?" Tanya salah seorang gadis itu.
"Iya kami juga ingin tau!" Sahut semua yang datang itu.
Zeina sungguh frustasi, inilah sebabnya mengapa ia tak mau identitas Zain sebagai adiknya terbongkar, kejadian seperti ini selalu saja terjadi.
"Kak jawab dong." Titah gadis lain.
Zeina menatap satu persatu kearah para gadis yang ada disana, bukan hanya kelas 10 bahkan ada kelas 11 juga 12 meski zeina tak kenal tapi karna sering melihat zeina bisa mengetahuinya.
Zeina menghela nafas gusar, sudah begini mau tidak mau zeina harus menghadapinya.Zeina pun bangkit dari kursinya lalu berdiri menghadap para gadis itu.
"Emm maaf ya semua, sebaiknya kalian tidak usah tau dimana dia sekolah. Adik saya itu memang sangat populer tapi sayangnya dia sudah punya pacar dan dia sangat menyayangi pacarnya, saya rasa kalian akan percuma jika mengejarnya." Ucap zeina. Zeina hanya bisa meminta maaf pada yang maha kuasa karna harus berbohong demi kedamaian hidup sekolahnya.
"Tapi kita cuma mau mengaguminya saja." Sahut salah seorang siswi.
"Iya kita cuma mau mengagumi adiknya kakak yang sangat tampan itu" Timpal yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teruntuk Dia (END)
Teen FictionJudul awal (Alze) "Alif... jadi pacar aku ya?!" kata seorang gadis dengan senyum sumringah. "Gue gak suka cewek bodoh!" Cetus alif pada gadis itu. Sebuah kisah putih abu-abu terjadi! Akankah Alif akan luluh pada gadis bodoh itu dan jatuh cinta padan...