"ada apa sama Alif?" Tanya Rafa begitu Zahra masuk kedalam kamar setelah dari kamar alif lalu duduk disampingnya.
"Sepertinya putra kita sedang dalam masa puber." Ucap Zahra.
Rafa mengernyitkan dahinya heran. "Umurnya sudah bukan untuk masa puber lagi."
"Tidak, Maksud aku dia sedang merasakan jatuh cinta tapi kebingungan sama perasaannya sendiri"
Rafa terkejut dengan perkataan Zahra.
"Bocah dingin itu, gadis mana yang meluluhkan hatinya?" Tanya Rafa, ia tak percaya putranya yang begitu dingin bisa juga jatuh cinta.
Zahra terkekeh melihat keheranan Rafa, mereka sama-sama tau bagaimana putra bungsu mereka yang dingin bisa jatuh hati, seistimewah apa gadis yang bisa meluluhkan hati Alif?
"Aku harus cari tau segera." Ucap Rafa antuasias, ia ingin lebih tau siapa gadis yang bisa mencairkan es dihati anaknya.
***
Pagi telah tiba, Alif sudah rapi dengan seragam dan membawa tas nya untuk menuju ke sekolah, Alif menuju ruang makan yang sudah ada Rafa dan Zahra.
"Pagi umi..Abi" Sapa Alif lalu duduk di kursinya.
"Pagi sayang." Sapa Zahra.
"Pagi." Balas Rafa.
"Kamu mau sarapan apa?" Tanya Zahra pada Alif.
"Roti bakar aja umi jangan pake apa-apa." Titah Alif. Zahra menganggukkan kepalanya mengerti, Alif memang tidak suka yang manis-manis makanya tidak pernah memakan roti dengan selai atau semacamnya.
Zahra membuatkan sarapan Alif memanggang roti.
Alif menoleh kearah Rafa yang sedari tadi membuatnya risih karna terus menatapnya sambil terkekeh."Ada apa Abi?" Tanya Alif mulai jengah.
"Gapapa." Sahut Rafa memasang ekspresi santainya lalu lanjut memakan sarapannya.
Begitu roti milik Alif sudah ada didepannya ia pun segera melahapnya dengan perlahan, meskipun tidak melihat tapi Alif tau Rafa terus saja menatapnya sambil tersenyum entah apa arti senyum itu.
"Umi. abi kenapa sih?" Tanya Alif setelah habis kesabarannya.
Zahra sontak menatap suaminya.
"Sudahlah mas jangan seperti itu, kasihan Alif." Titah Zahra.
"Iya sayang" Sahut Rafa.
Alif menghabiskan rotinya lalu meminum susu, eitss susu yang selalu Alif minum itu full cream yang tidak ada rasa manis sama sekali.
"Umi..Abi Alif berangkat sekolah dulu ya." Pamit Alif.
"Iya sayang." Sahut Zahra.
Alif mengecup punggung tangan Zahra lalu beralih pada Rafa yang masih senyum-senyum tidak jelas.
"Abi minum kopi yang banyak biar gak stres, Alif pergi assalamualaiku..!"
Zahra terkekeh dengan ucapan Alif, sedangkan Rafa mendengus kesal. "Waalaikumsallam!" Sahut Rafa dan Zahra bersama.
Alif mengendarai mobilnya menuju sekolah, entah kenapa perasaannya makin tidak karuan apalagi setelah berbicara dengan uminya semalam.
"Cinta? Atau enggak?" Batin Alif bertanya-tanya. Alif memukul stir pelan, lama-lama ia bisa gila memikirkannya.
Begitu sampai disekolah Alif langsung menuju kelasnya, dikoridor kelas 11 B Alif tidak sengaja melihat Zeina yang kini juga sedang melangkah menuju arahnya, ah sial! Kenapa bisa sangat bersamaan begini bertemunya?
Alif berusaha menetralkan perasaannya yang entah bagaimana bisa sangat gugup setelah melihat zeina, Alif pun mulai kembali melangkah, melihat zeina yang bertutur sapa dengan anak kelas lain membuat Alif yakin suasana hati zeina sudah membaik pasti gadis itu kembali akan mengganggunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teruntuk Dia (END)
Teen FictionJudul awal (Alze) "Alif... jadi pacar aku ya?!" kata seorang gadis dengan senyum sumringah. "Gue gak suka cewek bodoh!" Cetus alif pada gadis itu. Sebuah kisah putih abu-abu terjadi! Akankah Alif akan luluh pada gadis bodoh itu dan jatuh cinta padan...