"Kak." panggil zain.
zain langsung berlari dari ruang rawatnya ketika mendapat pesan tak mengenakan dari reo, ia langsung menuju taman dan menemui kakaknya yang saat ini sedang bersama dengan reo yang juga berusaha menenangkan zeina yang menangis.
zain menggantikan posisi reo duduk dihadapan kakaknya. "kamu kenapa? tadi masih baik-baik aja kenapa sekarang nangis?" tanyanya cemas. sekarang zain menyesal meninggalkan zeina seorang diri.
tak ada jawaban dari zeina dan zeina senantiasa menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya tanpa mau memperlihatkan wajahnya, zain pun memeluk kakaknya dengan erat, membawa kakaknya kedalam dekapannya agar bisa menenangkan zeina.
"Udah-udah jangan nangis, aku disini, kak reo juga ada disini kamu jangan nangis lagi ya, maaf aku udah ninggalin kamu." ucap zain lembut seraya mengusap punggung zeina.
tapi zeina tetap menangis didalam dekapan adiknya itu.
zain menoleh kearah reo yang sedang memperhatikan mereka."sebenarnya dia kenapa?" tanya zain pada reo.
reo menggelengkan kepalanya pelan. "gue gak tau zain, pas gue datang zeina udah nangis duduk ditanah kayak gini." jelasnya.
"za-zain." panggil zeina dibarengi isak tangis. zain pun sontak menunduk menatap kakaknya.
"iya? ada apa? aku disini." tanya zain.
perlahan zeina mulai menunjukkan wajahnya, rasa iba muncul dari reo dan juga zain menatap wajah zeina yang memerah dan matanya pun merah juga bengkak.
zain segera menangkup kedua pipi zeina lalu menatapnya dengan lembut."ada apa hm? siapa yang buat kamu nangis? bilang sama aku" tanya zain lagi.
zeina menggelengkan kepalanya lalu kembali memeluk zain dan juga kembali menangis.
"A-aku hiksss...hikssss.. ak-aku gak mau lagi sama alif." tuturnya dengan suara lirih dibarengi isak tangis.
tentu saja reo dan zain dapat mendengar apa yang dikatakan zeina, sontak reo dan zain pun saling pandang karna semakin bingung dengan apa yang terjadi.
"Tapi kenapa?" tanya zain tak mengerti.
"pokoknya gak mau hiksss..hiksss.."
"oke. itu terserah kamu tapi sekarang kamu berhenti nangis ya, udah jangan nangis terus tadi pagi juga udah nangis loh kamu" titah zain.
"iya ze. kita bakal turutin apapun yang lo mau asal lo berhenti nangis ya, lo kan janji mau jalan-jalan sama gue sekarang masa lo malah nangis sih?" timpal reo. reo bingung kenapa tiba-tiba zeina berkata seperti itu tapi yang lebih penting adalah menghibur zeina yang saat ini benar-benar memilukan, reo benar-benar tak tega melihat dan mendengar tangis zeina.
"iya tuh benar kak reo, kalian kan mau pergi jalan-jalan, masa kamu malah nangis udah dong. kamu juga duduk ditanah sembarang jadi kotor kan bajunya." ucap zain.
zeina sontak menatap reo yang berada disampingnya. "bisa gak, ka-kalo hari ini gak jadi jalan-jalannya?" tanyanya.
tanpa bantahan reo pun menganggukkan kepalanya setuju dengan apa yang dikatakan zeina, ia pun mengusap puncak kepala zeina dengan lembut. "jalan-jalan bisa kapan aja, yang penting sekarang lo berhenti nangis." titahnya.
"makasih" kata zeina. zain pun membantu kakaknya kembali berdiri, zeina sudah mulai tenang meski isak tangis masih terdengar sesekali.
"udah jangan nangis lagi ya, aku harus kembali ke ruangan teman aku, tadi aku gak sempat pamit langsung lari kesini mereka pasti kebingungan." kata zain lalu menoleh kearah reo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teruntuk Dia (END)
Teen FictionJudul awal (Alze) "Alif... jadi pacar aku ya?!" kata seorang gadis dengan senyum sumringah. "Gue gak suka cewek bodoh!" Cetus alif pada gadis itu. Sebuah kisah putih abu-abu terjadi! Akankah Alif akan luluh pada gadis bodoh itu dan jatuh cinta padan...