Malam hari...
Zeina keluar dari kamarnya dengan langkah kakinya yang perlahan, zeina melihat ibunya yang kini sedang duduk diruang tengah.
"Ibu!" Panggil zeina lalu segera duduk disamping ibunya.
"Eh zeze kenapa kamu kesini? Kamu butuh sesuatu panggil saja ibu kenapa kamu keluar?" Tanya ibunya. 'Zeze' adalah panggilan zeina sejak ia kecil dan panggilan itu hanyalah ibunya yang tau.
"Aku gak butuh apapun kok bu, aku cuma bosen aja dikamar!" Sahut zeina.
"Gimana kaki kamu? Sudah lebih baik belum?"
"Udah kok bu, aku yakin besok bisa jalan seperti biasa!"
Melihat semangat anaknya itu membuat 'ira' ibu zeina merasa bahagia.
"Oh iya. Ibu ada kabar baik buat kamu!" Ucap ira.
"Apa bu?"
"Ibu sudah dapat pekerjaan baru!"
"Oh ya, kerja dimana bu?"
"Dirumah keluarga kaya, ibu diterima kerja disana dan majikan baru ibu ini sangat baik, ibu rasa ibu akan lama bekerja disana!"
Zeina diam menatap ibunya, selama ini ira bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Dulu ira pernah bekerja dirumah orang kaya lain lalu dipecat hanya karna anak majikan ibunya itu membenci zeina karna zeina selalu mengejar alif. Anak majikan ibunya itu sekolah disatu sekolah yang sama dengan zeina dan alif namun dia masih dikelas 10, alasan yang sangat konyol membuat ibunya kehilangan pekerjaan.
"Ibu? Ibu yakin mau kerja jadi asisten rumah tangga lagi?" Tanya zeina memegang tangan ibunya.
Ira menghela nafas pelan lalu tersenyum pada putrinya.
"Ini memang sudah kebisaan ibu sayang, kalo ibu gak jadi asisten rumah tangga terus ibu kerja apa? Ibu ini sudah tua gak mungkin dapat pekerjaan lain.!" Sahut ira.
Zeina pun memeluk ibunya, sejak dulu ia ingin sekali mengubah nasib ibunya, ingin membuat ibunya berhenti bekerja dan menikmati waktunya bersantai dirumah. Tapi apa daya?
"Ibu..kakak!"panggil seseorang.
Zeina dan ira pun menoleh kearah sumber suara dan itu adalah zain, adik zeina."Eh zain sini nak!" Ajak ira.
Zain pun bergabung dengan zeina dan ibunya.
"Kamu udah selesai mengerjakan tugas kamu?" Tanya zeina.
"Sudah. Zain ini pintar tidak seperti kakak!" Ledek zain.
Zeina memelototi zain mendengar ledekan adiknya itu, zeina dan zain terpaut 2 tahun, kini zain masih berada dikelas 3smp.
Hubungan zeina dan adiknya memang unik, mereka terus saling bertengkar dan meledek tapi saling menyayangi satu sama lain dengan diam. Dan zain. Dia itu pintar, sangat pintar dan selalu terunggul dikelasnya, apalagi zain tumbuh dengan pesat tingginya bahkan sudah melebihi zeina dan ibunya mungkin sekitar 179cm jika tidak mengenal mereka pasti mereka mengira zain lah kakaknya bukan zeina dan wajahnya juga tampan hingga ia populer disekolahnya."Sudah-sudah. Ini sudah malam kalian sekarang istirahat besok sekolah!" Lerai ira.
"Baik ibu!" Sahut zeina dan zain.
Zain membantu kakaknya kembali kekamarnya, sementara ira membereskan ruang tengah sebelum pergi tidur.
***
Keesokannya...
Zeina merukuti kepedeannya, semalam ia dengan bangga bilang bahwa kakinya akan membaik begitu hari berganti namun ia salah, tidak ada perubahan apapun pada kakinya yang sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teruntuk Dia (END)
Teen FictionJudul awal (Alze) "Alif... jadi pacar aku ya?!" kata seorang gadis dengan senyum sumringah. "Gue gak suka cewek bodoh!" Cetus alif pada gadis itu. Sebuah kisah putih abu-abu terjadi! Akankah Alif akan luluh pada gadis bodoh itu dan jatuh cinta padan...