"tidak... tolong jangan sakiti ibu, jangan sakiti adikku.!" seorang gadis kecil menangis lirih dengan keadaan yang memperihatinkan melihat ibu dan adiknya yang sedang dipukuli oleh seseorang yang sangat kejam.
"kalian hanya menyusahkan, sebaiknya kalian mati saja!" kecam orang itu kasar.
"tidak! lepaskan adikku, lepaskan ibuku, jangan sentuh mereka!"
"Diam! kalian hanya menyusahkan, dan kau! kau hanya bisa menangis dasar anak tidak berguna!"
gadis itu menggelengkan kepalanya lemah, air matanya terus mengalir deras tak kuasa mendengar ucapan kejam orang itu, ditambah ia melihat ibu dan adiknya yang sedang berpelukan gemetar ketakutan pada orang itu.
***
"JANGAN!! JANGAN SAKITI IBU! JANGAN SAKITI ADIKKU!"
alif dan zain sontak menoleh kearah bangsal zeina, gadis itu masih memejamkan matanya tapi bersuara cukup keras, mereka pun menghampiri zeina.
"kak.. kakak kenapa?" panggil zain berusaha membangunkan zeina.
"ze?? bangun ze??" alif pun tak berbeda.
keringat bercucuran dari pelipis zeina.
"JANGAN!" jerit zeina, bersamaan dengan itu zeina pun membuka matanya, nafasnya terengah-engah lalu ia pun menatap zain dan tanpa aba-aba lagi zeina pun memeluk zain dengan erat.
alif dan zain sama-sama bingung dengan apa yang terjadi dengan zeina.
zain pun mengusap punggung zeina lembut. "ada apa? mimpi buruk lagi?" tanyanya.
zeina menganggukkan kepalanya pelan, ia tak bisa lagi membendung air matanya, kejadian itu begitu menusuk relung hatinya hingga ia tak mampu menahan rasa sakit nya lagi.
"tenang. cuma mimpi kok, aku sama kak alif ada disini." ucap zain lembut.
sedangkan itu alif hanya diam melihat zain dan juga zeina yang memeluk zain, alif belum memahami situasinya, ia hanya diam dan menunggu penjelasan dari zeina.
"ja-jangan lepas dari pandangan aku." lirih zeina semakin mempererat pelukannya pada zain.
zain hanya diam, tangannya tak berhenti mengusap punggung zeina untuk menenangkan kakaknya itu."aku gak kemana-mana, dari tadi aku disini, bareng sama kak alif."
mendengar nama alif sontak zeina bungkam, buru-buru ia melepaskan pelukannya dari zain lalu menoleh menatap alif yang kini juga sedang menatapnya, begitu paniknya ia akan mimpi itu sampai ia lupa bahwa didekatnya juga ada alif, zeina sungguh malu apalagi dengan keadaannya yang kacau seperti ini.
"ingusnya lap dulu tuh!" sindir zain. zeina terkejut bukan main lantas langsung mengusap bagian hidungnya dengan lengan baju yang ia pakai.
"ih jorok!" ledek zain. zeina menatap zain dengan tatapan permusuhan, zain bukannya takut tapi malah tertawa puas menggoda kakaknya, zain pun memilih kembali duduk disofa.
zeina kembali menoleh kearah alif tapi kali ini sungguh zeina tak berani menatap alif, kondisinya saat ini benar-benar memalukan.
"kenapa?" tanya alif heran melihat zeina yang terus menerus menundukkan kepalanya.
"a-aku ta-di...
"tadi apa?" sela alif.
"tadi memalukan banget nangis sambil meluk-meluk zain."
alif tersenyum tipis, alif pun mendudukkan bokongnya disisi bangsal milik zeina.
"aku tau kamu lagi ketakutan, gakpapa kok." kata alif dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teruntuk Dia (END)
Teen FictionJudul awal (Alze) "Alif... jadi pacar aku ya?!" kata seorang gadis dengan senyum sumringah. "Gue gak suka cewek bodoh!" Cetus alif pada gadis itu. Sebuah kisah putih abu-abu terjadi! Akankah Alif akan luluh pada gadis bodoh itu dan jatuh cinta padan...