Delapan jam berlalu, kini Tracy sudah mengenakan pakaian khusus pasien dengan Harry dan Kendall di sisi kanannya. Tangan Tracy terus memegang tangan Harry bahkan sesekali meremasnya, membuat Kendall sedikit cemburu atau mungkin iri. Itu dua perasaan yang serupa tapi tak sama.
Kedua kaki Tracy sudah terangkat tinggi dan wanita itu harus siap melahirkan anaknya. Siang tadi Kendall menghubungi Gemma dan memberitahukan berita ini namun Gemma tidak merasa harus ke rumah sakit seperti saat ia mengunjungi Kendall. Tidak ada satupun dari kerabat Kendall atau Harry yang peduli. Hal itu membuat rasa iba Kendall semakin membuncah, Tracy harus melahirkan tanpa dukungan moral dari siapapun, bahkan Harry sendiri tidak banyak bicara, justru ia kesal ketika Tracy bereaksi berlebihan.
"Harry, sakit.." keluh Tracy lagi. Harry hanya mendengus, ia merasa jijik mendengar nada manja Tracy. Benar-benar wanita penggoda.
"Okay, Tracy, try to push in 3..2..1.."
Setelah menghitung mundur, Tracy mulai melakukan arahan dokter. Kepalanya terangkat dari atas bantal hingga dagunya menyentuh dada. Kemudian ia mengatur napasnya dengan benar dan melakukan hal yang sama, berulang kali.
Kendall yang berdiri dibelakang Harry terus menyemangati Tracy dalam hatinya. Ia tidak mampu untuk berkata-kata karena pemandangan di hadapannya benar-benar menyakitkan hati. Meskipun begitu, Kendall tetap bertekad di sana sampai..-sejujurnya Kendall tidak tau sampai kapan, mungkin sampai ia tidak kuat lagi.
Beberapa puluh menit kemudian suara nyaring dari tangisan bayi terdengar oleh Kendall. Ada perasaan lega, mengetahui bayi itu telah lahir. Artinya waktu keberadaan Tracy dirumahnya tidak lama lagi. Namun makin lama Kendall tidak sanggup lagi mendengar suara tangisan anak Tracy, suara itu seolah mengusik pendengaran, hati, dan pikiran Kendall sekaligus.
Dengan air mata yang mengalir, Kendall mengambil langkah panjang untuk keluar dari ruang bersalin VIP itu, tanpa mengindahkan Harry yang berteriak memangginya. Pria itu khawatir terhadap perasaan Kendall saat ini.
"Kendall, kau mau kemana?!" Ujar Harry, lantang seraya meloloskan tangannya yang dicengkram Tracy. Kini Tracy sedang menggendong bayi kemerahan itu di atas dadanya dengan tangis haru. Ya bagaimanapun juga Tracy adalah seorang wanita yang memiliki perasaan.
Harry keluar dari ruang bersalin dan melihat Kendall terduduk di kursi panjang, sedang menopang wajah dengan telapak tangannya. Bahu wanita itu bergetar hebat dan suara isak tangisnya cukup terdengar oleh Harry.
"Ken.." Harry menyentuh bahu Kendall perlahan kemudian mengambil posisi di sebelahnya. "Tolong jangan menangis, itu menyakitkan untukku." Seketika wajah Kendall terangkat dan kini matanya saling bertemu.
Kendall menorehkan segaris senyuman pada bibirnya yang masih bergetar. "Maaf. Aku lega akhirnya anakmu dan Tracy la-lahir." Ya, hanya lega dan bukan bahagia. "Berhubung demikian, aku akan pulang sekarang karena Ava dan Arel pasti merepotkan kedua neneknya." Kendall bangkit berdiri.
"Aku ikut pulang denganmu." Susul Harry seraya mencekal lengan Kendall.
Tiba-tiba dokter yang tadi membantu persalinan keluar dari ruangan itu. "Mr. Styles, Nona Tracy memanggilmu."
"Kau dengar? She needs you. Lagipula ada Mr. Flynn yang sejak tadi siang menunggu diparkiran. Jangan pikirkan aku, Tracy lebih penting sekarang." Kendall melepaskan tangan Harry yang mencekal lengannya dan berjalan cepat untuk keluar dari rumah sakit, menghindari segala pandangan menyakitkan untuknya.
"Mr. Flynn, maaf membuatmu menunggu terlalu lama. Kita pulang sekarang." Ujar Kendall setelah duduk di kursi penumpang, tepatnya di belakang kursi kemudi.
"Tidak masalah, Nyonya." Mr. Flynn melajukan mobil Tuannya, keluar dari perkarangan rumah sakit dan membelah jalanan ramai kota New York yang penuh dengan cahaya lampu jalanan dan gedung-gedung tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fight For Love
Fanfic•SEQUEL• BOOK 2/2 OF PARTNER IN LOVE Tidak ada kisah cinta yang berjalan mulus. Seluruh dongeng kesukaanmu bahkan memiliki konflik yang berbeda-beda. Mungkin kau sudah melupakan masa lalu, namun itu tidak menutup kemungkinan bahwa masa lalu akan mel...