Cie pada emosi..
Kendall terbangun dari tidurnya secara tiba-tiba setelah ia mendapat mimpi yang terasa begitu nyata baginya. Bangkit dari sofa dan menoleh ke segala arah, ia tidak menemukan keberadaan Harry. Hal yang terakhir ia ingat sebelum tertidur adalah kedatangan polisi yang melaporkan kasus kematian Tracy dan Adam.
Ia berjalan ke arah cermin yang menggantung pada dinding ruang tamu dan langsung menghela napas lega saat tidak ia temui bekas apapun di wajahnya. Tamparan itu rupanya hanya mimpi sesaat.
Tamparan Harry beberapa bulan lalu benar-benar membuatnya trauma. Pria itu tidak segan-segan melakukan atau mengatakan hal yang menyakitkan untuk membela hak Archie. Mungkin itu sebabnya Kendall merasakan tamparan di mimpi adalah suatu hal yang nyata.
"Susan, apa Harry pergi?" Tanya Kendall, menghentikan langkah Susan yang lewat dari belakangnya.
"Tuan ada di ruang kerjanya, Nyonya. Setelah polisi pergi dari sini, Tuan Harry memang keluar rumah namun ia kembali saat kau tidur dan langsung ke ruang kerja."
Jadi pertengķaran itu juga hanya mimpi?
Kendall mengangguk paham, "terima kasih."
Setelah Susan pergi dari hadapannya, Kendall berjalan dengan bantuan tongkat ke ruang kerja Harry, tempat dimana pria itu senang menyendiri.
Mengetuk pintu beberapa kali, Kendall tidak mendengarkan jawaban dari dalamnya. Iapun memutar gagang pintu dengan perlahan dan mendorongnya. Pintu itu tidak terkunci sehingga dapat terbuka dan memperlihatkan figur Harry yang bersimpuh di lantai, bersamaan dengan barang-barang peninggalan Archie di sekelilingnya.
"Harry.." panggilnya seraya membuang tongkat ke samping dan berlutut di sebelah suaminya. "I'm sorry.." lirih Kendall sebelum merengkuh Harry yang tubuhnya bergemetar hebat.
Melihat Harry terpuruk dan memendam rasa emosinya, membuat Kendall merasa bersalah.
"Archie bukan anakku, Kendall? Kau mengetahui itu sebelum aku?" Harry tertawa hambar saat mengucapkan kalimat keduanya.
Kendall hanya bisa mengangguk lemah, "sebelum polisi menyatakan Archie meninggal, aku sudah tau." Kendall beralih ke hadapan Harry, ia menangkup kedua sisi wajah pria itu dan menatap dalam matanya yang kini berair.
"Kenapa kau? Aku yang seharusnya mengetahui ini lebih dulu."
"Harry, sejak Archie dikabarkan menghilang, emosimu menjadi tidak stabil. Tracy memberitahukanku lebih dulu karena ia takut menghadapi amarahmu." Jangankan Tracy, aku sebagai istrimu pun takut.
Kendall menjelaskan dengan berusaha untuk tidak mengungkit apa yang Harry lakukan padanya saat ia ingin mencoba berbicara mengenai fakta status Archie. Kendall tidak ingin mimpinya tadi menjadi nyata.
"Kau pasti menertawakanku. Aku terlihat bodoh sekarang karena dulu aku tidak mendengarmu, 'kan?"
"Tidak, Harry. Saat itu aku mengerti kau tidak bisa mengontrol emosimu karena beban pikiran yang berlebihan, i-itu wajar.." balas Kendall, memberikan nada meyakinkan agar Harry tidak merasa lebih terpuruk.
"Kau tidak mengerti. Archie sangat dekat denganku, no one understands."
"Harry! Apa yang kau bicarakan? Aku selalu mengerti perasaanmu.. aku merasakan hal yang sama saat mengetahui ini semua, kita hanya memiliki cara yang beda untuk merespon ini, jangan katakan..–"
"Tinggalkan aku sendiri, Kendall." Harry memotong ucapan Kendall dengan berbisik.
Mendengar itu, Kendall menyatukan kedua alisnya, menuntut Harry untuk menjelaskan apa yang baru saja ia katakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fight For Love
Fanfiction•SEQUEL• BOOK 2/2 OF PARTNER IN LOVE Tidak ada kisah cinta yang berjalan mulus. Seluruh dongeng kesukaanmu bahkan memiliki konflik yang berbeda-beda. Mungkin kau sudah melupakan masa lalu, namun itu tidak menutup kemungkinan bahwa masa lalu akan mel...