63. ROLLERCOASTER OF EMOTION

188 31 2
                                    

Jangan di baca, ini part ngebosenin

.



Mengingat kondisi Kendall yang sudah mulai membaik, Harry pun memutuskan untuk kembali bekerja di kantor seperti biasa. Lagipula Kendall tidak melarang ia pergi, atau lebih tepatnya, Kendall tidak peduli?

Entah, Harry tidak berpikir sampai sejauh itu. Yang ia tau, Kendall sudah bisa beraktivitas tanpa Harry harus memapahnya.

Harry kini sedang menata penampilannya di depan cermin. Beberapa minggu tidak pergi ke kantor rupanya membuat ia lupa cara mengenakan dasi dengan benar. Sudah berkali-kali ia mencoba, namun simpul dasinya selalu terlihat miring.

Suara Harry mendecak sebalpun terdengar oleh Kendall yang baru keluar dari kamar mandi. Untuk beberapa saat ia menatap suaminya yang sedang kesulitan itu sebelum akhirnya Kendall menghampiri Harry.

Harry tidak menyadari kehadiran Kendall di sisinya, membuat wanita itu menepuk pelan lengan Harry dan iapun berbalik badan.

Tanpa berbicara, Kendall meraih simpul dasi Harry yang kusut itu dan mulai membukanya perlahan-lahan. Sementara Kendall melakukannya, Harry tak kuasa menahan senyum serta semburat merah di wajahnya karena senang mendapat perhatian darinya setelah sekian lama Kendall hanya berdiam diri.

Tepat ketika dasi Harry terpasang sempurna, Kendall merasakan kalau tatapan Harry sangat tertuju padanya. Dari dada Harry, pandangannya kini beralih ke dua manik hijau itu. Mata yang dulu menjadi pemandangan kesukaannya, namun tidak lagi saat warnanya berubah gelap di hari kecelakaan yang merenggut nyawa buah cintanya.

"Thanks." Ujar Harry, kemudian meletakkan kedua tangannya di sisi tubuh Kendall, seolah melarangnya untuk pergi. Harry ingin berjarak sedekat ini dengan Kendall sebelum menghabiskan setengah hari tanpanya.

"Kiss me."

Kendall dibuat terkejut oleh permintaan yang keluar dari mulut Harry. Seharusnya ia langsung melakukan itu tanpa ragu karena Harry adalah suaminya, masih suaminya. Namun entah mengapa rasanya sulit untuk mendekatkan wajah dan menyatukan bibirnya dengan bibir Harry.

"A-apa?" Tanya Kendall, matanya bergerak ke kanan dan ke kiri, mencari letak bercanda dari Harry.

"Kau mendengarku, Sayang. Kiss me." Harry mengulang ucapannya, kemudian menutup mata, berharap itu akan memudahkan Kendall.

Kendall pun beralih menatap bibir pualam Harry yang selalu membuatnya kecanduan, dulu. Anehnya, ia bergerak gelisah di tempatnya tanpa penyebab yang jelas.

Memejamkan mata, Kendall mengatur napasnya perlahan-lahan.

Hanya sebuah kecupan singkat, aku harus bisa.
Batin Kendall berseru.

Ia memajukan wajahnya hingga kedua ujung hidung mereka bertemu. Akhirnya satu ciuman kilat mendarat di pipi Harry, membuat pria itu membuka mata dengan senyuman yang sirna dari wajahnya. Ia kecewa.

"Aku berangkat." Harry mengusap kepala istrinya sebelum berjalan cepat, meninggalkan kamar dengan perasaan yang tidak mengenakkan.

Begitu figur Harry menghilang di balik tembok, Kendall merasakan penyesalan melanda dirinya. Harry mengharapkan ciuman di bibir, Harry mengharapkan keintiman, namun Kendall hanya memberikan kecupan di pipi, itupun tidak berlangsung lama dan tidak berkesan baik.

Sementara Kendall terdiam menyesali perbuatannya, Harry juga merasa sedikit menyesal telah meminta Kendall menciumnya karena ia tau masih ada amarah Kendall yang disebabkan olehnya, namun dengan seenaknya Harry meminta sebuah ciuman seolah Kendall melupakan kejadian naas itu.

Fight For Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang