•SEQUEL•
BOOK 2/2 OF PARTNER IN LOVE
Tidak ada kisah cinta yang berjalan mulus. Seluruh dongeng kesukaanmu bahkan memiliki konflik yang berbeda-beda. Mungkin kau sudah melupakan masa lalu, namun itu tidak menutup kemungkinan bahwa masa lalu akan mel...
Warning: Chapter ini cringe! Tersedia kolom khusus diakhir chapter dimanakalianbolehbebas mengutarakan kritikmengenai chapter ini.
Terima kasih.
Dan mon maap update nyatelat.
AUTHOR'S POV
"Berbaringlah, Mrs." Ujar seorang perempuan berpakaian khas rumah sakit seraya mengulurkan tangannya ke arah brankar.
Dengan bantuan Harry, Kendall pun merebahkan dirinya secara perlahan, sementara sang dokter sudah siap dengan alat medisnya.
Pertama, dokter itu mendeteksi detak Kendall dengan stetoskop, kemudian mengukur tensi Kendall dan hasilnya semua normal. Kendall baik-baik saja. Akhirnya tangan dokter itu menekan-nekan perut Kendall dan wajahnya seketika berubah serius.
"Aku akan melakukan pemeriksaan USG."
Sejenak Harry dan Kendall saling melempar tatap, menerka apa yang terjadi sampai-sampai dokter itu harus melakukan USG setelah memeriksa perut Kendall. Namun Harry yang sama herannya, berusaha tetap tenang dan juga menenangkan Kendall, menyalurkan pikiran bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Tak lama dokter itu menggulung kaus yang Kendall kenakan ke atas dan menurunkan celana Kendall sampai ke pinggul. Kendall sedikit terkejut saat merasakan gel dingin pada perutnya. Kemudian dokter menempelkan alat transducer di perut Kendall yang sudah dioles dengan gel itu.
Ketiga pasang mata kini memfokuskan pandangannya ke layar monitor yang memperlihatkan isi perut Kendall. Dari sana dapat terlihat bentuk bulat dan kerangka sepeti tulang manusia.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ah, selamat. Ternyata kau sedang mengandung dan usianya diperkirakan mencapai tiga bulan." Ujar dokter itu, membuat Harry dan Kendall membukatkan kedua mata mereka.
Untuk sesaat, keheningan menyelimuti mereka karena berita mengagetkan ini. Mereka terus memerhatikan layar monitor, menatap lamat-lamat apa yang terlihat di sana dan ternyata itu memang janin yang sudah mulai berbentuk.
"Ta-tapi bagaimana? Aku bahkan tidak mengalami gejala seperti morning sickness. Menstruasiku juga masih teratur dan kenapa perutku tidak membesar?" Tanya Kendall. Ada raut khawatir saat ia mengingat dirinya tidak mengalami gejala kehamilan dan perutnya masih terlihat biasa saja.
"Boleh aku tau menstruasi terakhirmu berjalan selama berapa hari?"
"Sa-satu atau dua hari."
Dokter itu tersenyum, "itu bukan menstruasi. Itu hal yang biasa jika vagina mengalami pendarahan. Soal gejala, tidak semuanya tentang morning sickness, namun bisa juga ditandai dengan mood swings, mengidamkan makanan tertentu, tubuh yang lemas, perilaku yang tak biasa, dan lainnya."