75. WHAT IF

255 30 13
                                    

Kalung itu tidak terlihat buruk di leher Kendall. Justru berlian kecilnya menambahkan kesan glamor di penampilan Kendall yang sederhana.

Ia memutuskan untuk mencobanya setelah Harry pergi mengantarkan anak-anaknya beberapa jam yang lalu. Pria itu juga menunggu Ava dan Arel sampai hari pertama sekolahnya selesai. Ia ingin menciptakan kesan positif mengenai sekolah agar Ava dan Arel tidak angot-angotan karena mereka tau Papanya akan selalu mendukung dan menemani.

Sementara Kendall memilih untuk tetap di rumah. Setelah penuturan Harry tadi pagi, ia tidak mengucapkan satu katapun padanya. Alasannya untuk tetap tinggal di rumah adalah karena ia tidak ingin terjebak berdua lagi bersama Harry atau perasaannya akan terombang-ambing. Namun ia mengatakan pada Harry dan anak-anaknya bahwa ia sedang tidak enak badan.

Saat ini Kendall masih bimbang untuk kembali pada Harry atau bercerai darinya. Satu sisi pada hatinya mengatakan untuk kembali tapi di sisi lain ia merasa trauma.

Meski begitu Kendall juga belum bisa memikirkan pengganti Harry. Fai datang dengan segala perhatian dan kepeduliannya, namun ia hanya menganggap itu bentuk kasih dari seorang sahabat. Tidak terpikirkan bahkan satu kali untuk membuka hati kepada orang lain.

Kalaupun Kendall dan Harry benar-benar bercerai, ia tidak akan mencari penggantinya. Cintanya terhadap Harry seolah sudah mendarah daging. Hanya saja sekarang ia sedang dikaluti oleh perasaan kecewa dan ketakutan.

Kemungkinan ia bercerai lebih kecil dari kemungkinan ia kembali ke pelukan Harry.

Kendall menundukkan kepala, melihat kepada kaki kanannya yang dibalut perban. Jujur, ia sudah bosan dengan pergerakkannya yang terbatas karena kakinya patah. Ia ingin kembali ke dunia modeling.

Bukan berarti ia tidak senang menjadi ibu sepenuh waktu bagi Ava dan Arel. Namun sama seperti Harry, ia mungkin butuh pengalihan.

Kendall pun membuka perban di kakinya secara perlahan. Ia masih belum bisa merasakan apa-apa ketika kakinya berpijak, namun cukup kuat untuk menopang dia yang sekarang sudah berdiri dengan dua kakinya tanpa bertumpu pada tongkat.

Kendall berpegangan pada sandaran sofa dan tembok selagi ia melangkahkan kakinya perlahan-lahan. Bagaimanapun juga ia harus membiasakan diri untuk setidaknya berdiri tanpa tongkat.

Ia tersenyum penuh haru saat berhasil melangkah walau hanya sebanyak tiga kali, yang penting ia sudah tau kemampuan kakinya.

Tak menyerah, Kendall melepaskan pegangannya. Namun rupanya ia salah mengambil keputusan.

Kakinya masih terlalu lemas untuk melangkah tanpa berpegangan.

Tubuhnya limbung, namun tidak tergeletak karena dua tangan kuat menangkapnya dengan cepat hingga akhirnya Kendall jatuh ke dalam pelukan, dengan posisi tersungkur di lantai.

"Apa yang kau lakukan?"

Kendall mendongak, mendengar suara Harry yang penuh dengan kekhawatiran.

"Jangan coba-coba berjalan sendiri kalau tidak ada yang menjagamu, Kendall."

Kendall hanya terdiam, tersesat dalam mata Harry dengan jarak yang begitu dekat sampai Kendall bisa merasakan napas hangat Harry di wajahnya. Ia berbohong kalau berkata tidak merindukan momen ini.

Intimasi kontak mata keduanya biyar begitu saja saat ada tangan-tangan lain mendekap mereka berdua.

"Berpelukan.." gumam Arel dengan polosnya. Ava pun ikut memeluk tubuh Kendall dan Harry dengan susah karena tangannya yang kecil.

Kini posisi mereka duduk di lantai, saling bertaut satu sama lain.

Jika saat ini hubungan Kendall dan Harry sedang baik-baik saja, Kendall akan tersenyum, menyandarkan kepalanya di dada Harry. Namun keadaan sedang berbanding terbalik.

Fight For Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang