50. HEART AND CHEEK BRUISES

269 34 94
                                    

Ini termasuk triple update ga sih?


KENDALL'S POV

Dua kali tamparan keras di tempat yang sama, membuat tulang pipiku memar, biru dan bahkan sedikit bengkak, sakit sekali. Kemudian cengkraman kuat Harry di leherku –yang sempat membuatku sesak napas– meninggalkan jejak kemerahan.

Aku benar-benar tidak tau apa yang lebih menyakitkan dari ini semua. Di saat yang bersamaan Harry menyakiti hati dan fisikku. Ia dalam keadaan baik –tidak mabuk– saat aku datang menemuinya di kamar, namun begitu aku menyinggung soal status asli Archie, ia seakan berganti kepribadian dalam hitungan detik. Ia membabi buta dengan melukaiku dan berteriak di depan wajahku. Jika Harry dipengaruhi alkohol, aku masih bisa memakluminya, namun tidak dengan yang tadi.

Jangan lupakan fakta bahwa ia dengan jelas memanggilku 'jalang'. Setelah bertahun-tahun hidup berumah tangga dengannya, akhirnya kata makian itu keluar juga dari mulutnya. Ternyata tak cukup dengan ia menyebutku 'bodoh' saat di ruang kerjanya, sekarang ia menambahkannya lagi dengan hinaan paling memilukan.

Mana ada istri di dunia ini yang rela dipanggil 'jalang' oleh suaminya sendiri? Tidak ada. Lagi-lagi fakta yang tambah menyakitkanku adalah Harry menyebutnya dengan kesadaran penuh.

Kini aku sedang duduk di kursi pantry, mengompres memarku dengan handuk dan air dingin. Ava dan Arel masih belum keluar dari kamar mereka untuk mencariku, syukurlah. Dengan itu mereka tidak akan melihat wajahku dan melunturkan senyuman mereka.

Sudah ku katakan, senyuman mereka adalah kekuatanku. Di saat aku terpuruk, kegirangan mereka mampu membuatku bangkit.

Aku terus menempelkan handuk dingin ini pada wajah dan leherku seraya memejamkan mata. Namun tiba-tiba pintu utama rumahku terbuka dengan kasar, membuatku sedikit melompat dari kursi ini. Setelah itu aku mendengar langkah kali yang berjalan semakin mendekat.

Harry.

Disana ia berdiri mematung, menatapku datar. Aku tidak dapat membaca ekspresi wajah dan arti tatapannya itu, namun aku dapat menangkap ia terkejut melihatku. Atau mungkin memarku? Apa dia sedang berkelana pada saat ia memukul dan mencekikku?

Dan aku masih duduk di kursi tinggi ini, dengan tangan bergemetar, memegang handuk kecil yang terasa semakin dingin. Jujur, aku takut ia melakukannya lagi padaku.

Setelah sekian lama berdiri, ia mulai berjalan perlahan mendekatiku dan bersamaan dengan itu, aku memundurkan bahuku dan tanganku bersiap untuk mendorongnya jika ia akan memukul lagi.

Pejaman erat mataku terbuka saat Harry menggenggam lenganku, menurunkannya sehingga ia bisa melihat wajahku yang masih tertunduk.

"Kau takut padaku?" Tanyanya dengan suara yang bergetar. Apa dia menangis?

Akupun membuka mataku dan melihatnya sedang mengamati seluruh bagian di wajah dan leherku. Cengkraman tangannya semakin kuat, membuatku berdiri dan mundur selangkah, namun aku malah mentok dengan dinding dapur hingga kini tubuhku terapit antara dinding dan tubuh besarnya.

"Jawab aku, Sayang."

Tidak. Jangan sebutkan panggilan itu lagi! Aku lelah terus terbuai dengan panggilan dan nada lembutnya.

"Ku-kumohon.. menjauhlah." Pintaku dengan susah payah.

"Kenapa? Kau istriku, apa aku harus menjaga jarak dengan istriku sendiri?"

Aku tidak menjawabnya dan semakin menundukkan kepalaku saat wajahnya mendekat. Kejadian tadi pagi masih begitu membekas di ingatanku! Aku trauma!

"Siapa yang melakukan ini padamu?" Harry membelai pipi hingga leherku, membuat aku langsung menatapnya dengan heran. Jelas-jelas ia yang membuatnya!

Fight For Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang