This Part is Dedicated to
dhsystylesAUTHOR'S POV
Kendall sungguh dibuat bingung oleh sifat Harry. Tadi pagi ia mencium Kendall seolah tidak ada perdebatan yang terjadi sesaat sebelumnya. Namun, setelah Harry pulang dari kantor, lelaki itu tetap tidak menegur sapa Kendall padahal Kendall sudah berdiri di ambang pintu utama untuk menunggunya pulang. Alih-alih membalas sapaan dan memeluk Kendall, Harry lebih memilih untuk memandang lurus ke depan dan memasuki rumah seolah Kendall hanya sebuah patung 3D yang biasa terpajang di Madame Tussauds.
Akhirnya, Kendall memberanikan diri untuk membuka pembicaraan saat Harry sedang melepas sepatu dan jasnya di dalam kamar. Kendall memutuskan untuk menanyakan bagaimana harinya selama di kantor dan juga apakah ia sudah makan siang atau belum, mengingat Kendall tidak menerima telepon atau pesan dari Harry dan Kendall tidak mau menelepon atau mengirim pesan karena takut mengganggu.
Kendall mengharapkan jawaban. Apapun itu, walaupun hanya sekadar gumaman, Kendall akan cukup senang karena setidaknya Harry merespon. Nyatanya tidak. Melirik sedikitpun tidak. Harry malah membuang pandangannya dan langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh.
Menghela napas, Kendall memutuskan untuk membereskan pakaian Harry yang berserakkan di lantai sebelum memasak untuk Harry. Tidak peduli Harry akan menyentuh makanan itu atau tidak, yang penting Kendall berniat untuk memperbaikki semuanya walaupun ia tidak perlu melakukan itu karena perang dingin dari Harry bukanlah salahnya.
Ia mengambil beberapa bahan mentah yang tersedia di lemari pendingin dan tidak lupa dengan bumbu-bumbu yang ia kumpulkan di atas meja sebelum mulai memasak. Creamy chicken piccata menjadi menu pilihan Kendall malam ini karena mudah dan tidak butuh waktu yang lama untuk siap dihidangkan.
"Hey, Kendall." Sapa seorang, membuatnya mendongak dan tersenyum simpul padanya sebagai balasan. "Memasak untuk makan malam, huh?" Lanjutnya.
"Benar. Kau mau juga, Tracy?" Tanya Kendall dengan wajah yang tidak menampilkan ekspresi terganggu atas kehadiran Tracy.
"Te--"
Ding dong!
Suara bel yang menggema, memotong ucapan Tracy. Perempuan itupun berjalan untuk membukakan pintunya.
"Good evening, Ms. Pizza for Mr. Harry Styles." Ucap seorang pria yang lengkap dengan seragam kurir dari restoran pizza.
Tracy mengerutkan keningnya seraya menerima 2 box pizza dengan ukuran large dari tangan lelaki itu.
"Oh iya, Mr. Styles sudah membayarnya dengan credit card. Aku permisi." Dengan itu, ia segera memutar tumit untuk pergi meninggalkan rumah Harry.
Tracy membawa box itu hingga tiba di dapur, membuat Kendall menghentikan pergerakkan tangannya yang sedang menuang cream diatas penggorengan.
"Pizza?" Ujar Kendall.
"Ya, atas nama Harry." Jawab Tracy, sambil melihat struk nya dengan teliti, kalau saja kurir itu salah rumah. Namun ternyata nama Harry Styles memang tertulis di sana.
"Harry, why did you ordered pizza?" Tanya Kendall saat Harry datang dari arah kamar ke dapur untuk mengambil piring dan pizzanya. Tetap tidak ada jawaban, Harry memindahkan beberapa slice pizza keatas piringnya dengan diam.
"Harry, aku berbicara padamu. Mengapa kau memesan pizza? Bagaimana dengan masakanku?" Ulang Kendall. Kini Harry melirik Kendall dengan malas.
"No one asks you to cook for anyone." Setelah mengucapkan kalimat menyakitkan itu, Harry melesat dan masuk ke dalam ruang kerjanya sementara Tracy hanya memandang peristiwa itu tanpa ekspresi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fight For Love
Fanfiction•SEQUEL• BOOK 2/2 OF PARTNER IN LOVE Tidak ada kisah cinta yang berjalan mulus. Seluruh dongeng kesukaanmu bahkan memiliki konflik yang berbeda-beda. Mungkin kau sudah melupakan masa lalu, namun itu tidak menutup kemungkinan bahwa masa lalu akan mel...