26. SHE DID IT

308 26 21
                                        

"Harry.."

Pria itu merasakan tangannya digenggam hangat oleh wanita yang baru saja memanggilnya. Suaranya begitu halus, menenangkan hati dan pikiran Harry. Ia menoleh, mendapati wanita tercintanya sedang menitihkan air mata, maka Harry langsung mendekapnya.

"Kendall.." lirih Harry sambil menangis dalam diam. Punggungnya yang tegang kini lemas karena elusan wanita itu.






"Shh.. jangan menangis. Kendall pasti kuat, Harry." Ujar Anne dengan lembut.

Beberapa jam yang lalu Anne menghubungi ponsel Kendall namun Susan yang mengangkatnya. Pelayan rumah Kendall dan Harry itupun memberitahu keberadaan dan kronologi peristiwa mengenai majikannya.

Panik, Anne langsung melesat ke rumah sakit yang Susan sebutkan bersama Gemma dan Des, tak lupa Anne memberi kabar juga kepada besannya dan beliau akan tiba tidak lama lagi.

"Harry, apa yang terjadi sebenarnya?" Datang Des, menguraikan pelukan Harry dan Anne. Gemma pun kini menatap adiknya dengan prihatin.

"Aku tidak tahu persis kejadiannya. Tiba-tiba Susan datang padaku dan memberitahu Kendall pingsan didalam kamar. Dokter bilang volume ketubannya berkurang drastis dan proses induksi tidak membuahkan hasil apapun, membuat Kendall harus menjalani operasi sesar untuk menyelamatkan si kembar. Tapi.." Harry menggantung ucapannya, ia merasa perih menyebutkan konsekuensi buruk dari operasi itu.

"Tapi apa, Harry?!" Desak Gemma sambil mengguncang bahu Harry.

Lelaki itu menghela napas dengan berat, "Tapi dokter tidak menjamin kondisi bahkan keselamatannya setelah operasi ini. Kesehatannya sedang tidak baik sebelum ia pingsan di kamar dan dokter menakutkan Kendall tidak dapat bertahan." Lanjutnya.

Kini semua yang berada di ruang tunggu VVIP melemaskan bahu mereka, seolah merasakan ketakutan yang menghantui Harry. Namun Harry teringat akan pesan Kendall sebelum masuk ke ruang operasi untuk tetap bersemangat dan berdoa karena itulah yang Kendall butuhkan, bukan perasaan takut apalagi tangisan.

Walaupun Kendall tidak dapat melihat Harry, pasti wanita itu bisa merasakan perasaan hati Harry karena ikatan batin mereka yang terlalu kuat. Maka dari itu Harry tetap melukiskan senyumannya, meski sedikit, setidaknya Kendall tidak merasakan kesedihan yang mendominasi.

Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam dan Kendall sudah berada di ruang operasi sejak pukul lima sore. Dan seiring berjalannya waktu, doa yang Harry ucapkan semakin keras dalam hatinya. Ia tahu operasi sesar akan memakan waktu yang cukup lama apalagi kali ini bayi kembar yang ditangani. Namun entah mengapa empat jam terasa empat hari karena tidak ada yang ia lakukan selain duduk dan menopang wajahnya.

Rasa kantuk yang menjalarpun tidak dihiraukannya demi menjadi orang pertama yang mendengar kabar dari dokter. Pengalaman pertamanya sebagai seorang suami yang menunggu isterinya bersalin tidaklah seperti bayangannya yang penuh haru dan bahagia karena Kendall harus melewati masa sulit sebelum melahirkan.

Tiba-tiba pintu operasi terbuka, menampilkan kumpulan tim medis sedang menggiring ranjang operasi keluar ruangan. Diatasnya terdapat Kendall yang masih memejamkan mata dengan masker oksigen menutupi hidung dan mulutnya.

Harry beserta keluarganya yang sedang berkumpul langsung terurai, menghentikan pergerakan tim medis. Pria itu memerhatikan wajah Kendall lamat-lamat dan beralih ke perutnya yang kini sudah tidak sebesar saat Kendall masuk ke ruang operasi.

"You did it, babe. Thank you." Ujar Harry sambil menyatukan kening mereka, tanpa menerima respon apapun dari Kendall.

Melihat itu, Harry mendongakkan kepalanya kepada dokter bedah yang menangani Kendall. "Dia baik-baik saja, 'kan?" Mata Harry mendelik seraya menatap dokter dan Kendall secara bergantian.

Fight For Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang