KENDALL'S POV
Sudah 3 hari lamanya aku dan Harry tidak bertatap muka. Untuk mengetahui kabarnya, aku bertanya melalui Susan dan sedihnya, Susan bilang bahwa Harry sama sekali tidak menanyakan keadaanku. Susan juga berkata kalau kemarin Harry tidak di rumah, ia tidak tahu kemana perginya.
Hari ini adalah hari Sabtu. Hari dimana aku dan Harry akan menghabiskan waktu bersama karena ia libur dari kantor. Aku merindukannya, sungguh.
Oh! Satu lagi. Susan memberi tahuku bahwa selama aku tidak keluar kamar, Tracy selalu kedatangan tamu lelaki yang Susan yakini adalah temannya. Mereka terlihat sangat asyik ketika mengobrol dan sesekali bebisik-bisik. Stock makanan ringan kesukaanku yang aku simpan di pantry juga diambil Tracy untuk menjamu tamunya. Kata Susan, tamunya Tracy akan pulang ketika malam tiba, atau lebih tepatnya sebelum Harry pulang dari kantor.
Aku membangkitkan tubuhku dari kasur dengan kepalaku yang terasa sangat pening. Pagi ini juga aku merasa sangat kedinginan, entahlah mungkin hanya suhunya saja yang berubah-ubah.
Aku melangkah menuju kamar mandi yang berada di dalam kamar tamu ini. Begitu melihat wajahku di cermin, aku sedikit terkejut karena bibirku sangat pucat, warna merah alami yang biasanya menghias pipiku juga kini pucat. Astaga, ada apa denganku?
Setelah membasuh wajah dengan face wash, akupun segera melakukan rangkaian perawatan kulitku dan sedikit make up untuk memberi warna pada wajah pucatku.
Merasa sudah cukup -walaupun hidungku terlihat merah dan kantung mataku menghitam- aku keluar dari kamar mandi, hendak membuka gorden agar cahaya matahari masuk ke dalam kamar ini.
Baru saja 1 senti aku menggeser gordennya, aku mendapati Harry sedang mengobrol dengan Tracy. Aku tidak dapat mendengar obrolan mereka. Namun bukan itu yang menjadi masalah, melainkan Harry hanya menggunakan celana renang yang sangat pendek dan Tracy hanya mengenakan bikininya. Oh jadi ini alasannya Harry tidak menanyakan kabarku? Rupanya ia sudah dekat dengan Tracy hingga lupa denganku. Astaga, pemandangan macam apa ini?
Menghela napas, aku meraih ponselku untuk menghubungi Susan agar membawakan sarapan ke kamar. Begitu aku membuka layar kuncinya, ternyata Susan sudah meninggalkan pesan sejak 2 jam yang lalu. Ya, pagi buta.
From: Susan
'Selamat pagi, Nyonya. Maaf aku harus pergi sepagi ini karena kondisi adikku tiba-tiba menurun. Aku sudah menyediakan sarapan yang kau perlukan di atas nakas. Mungkin aku akan kembali nanti sore. Have a nice day.'Ah baiklah. Hari yang kembali sepi tanpa Susan. Lagi. Sejak Susan pulang dari rumah sakit, dia selalu menemaniku di kamar ini. Susan hanya keluar dari kamarku ketika jam-jam tertentu ia harus memasak sarapan, makan siang, dan makan malam, juga saat Harry memanggilnya, atau saat tamu Tracy pulang, meninggalkan kekacauan di ruang tamu.
Aku melihat ke nakas di sebelah ranjangku. Diatasnya sudah terdapat satu box sereal, satu box susu, buah apel dan mangga muda, serta mangkuk kosong dan gelas berisi air mineral.
Mataku tiba-tiba menangkap sesuatu berwarna kuning yang tersembunyi dibawah mangkuk. Akupun mengambilnya.
Buahnya sudah ku cuci.
xx'xx'? Melihat dua huruf itu aku jadi teringat akan Harry. Mengapa? Harry lah yang selalu menyelipkan 'xx' di setiap pesan kecil yang ia kirimkan untukku via pesan, maupun catatan kecil seperti ini. Tapi mana mungkin ia masuk ke kamarku? Bukannya ia sendiri yang tidak ingin melihat wajahku?
Sudahlah, sampai kapan aku harus memikirkan hal ini? Yang ada aku dan anak-anakku kelaparan nantinya.
The point is: I woke up to Harry and Tracy are a close friends now, and Susan's leaving me alone.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fight For Love
Fanfiction•SEQUEL• BOOK 2/2 OF PARTNER IN LOVE Tidak ada kisah cinta yang berjalan mulus. Seluruh dongeng kesukaanmu bahkan memiliki konflik yang berbeda-beda. Mungkin kau sudah melupakan masa lalu, namun itu tidak menutup kemungkinan bahwa masa lalu akan mel...