60. VOICES

206 27 24
                                    

Hampir lupa publish wkwkwk





"Dengarkan Papa. Papa dan Mama mengalami kecelakaan saat dalam perjalanan menuju rumah."

Kini Harry sedang berbicara dengan kedua anaknya di depan kamar rawat Kendall, ia memutuskan agar Ava dan Arel mengetahui apa yang terjadi dan berharap kehadiran mereka dapat mengalihkan pikiran Kendall. Sementara Susan sudah berada di dalam kamar rawat majikannya.

"Kecelakaan?"

"Apa itu?"

Tanya Ava dan Arel, bersahutan.

"Papa tidak fokus saat menyetir mobil sampai Papa tidak sadar ada mobil lain datang dan menabrak mobil Papa. Sekarang Mama sedang sakit dan belum sadar dari tidurnya." Jelas Harry, berusaha sejujur mungkin, namun tidak ingin membuat Ava dan Arel sedih.

Tetap saja, jika mendengar sesuatu terjadi pada Mamanya, Ava dan Arel selalu bereaksi. Apalagi Harry mengatakan Kendall sedang sakit, itu membuat mereka menangis dalam sekejap.

"What did you do to Mommy?!" Seru Ava, mengerahkan segala kemarahannya kemudian memukul-mukul dada Harry dengan tangan yang ia kepalkan.

"Papa jahat! Papa tidak sayang Mama!!" Susul Arel yang wajahnya sudah memerah.

Ava dan Arel terus memberontak saat Harry berusaha menenangkan mereka. Dadanya sesak dan Harry merasa seperti ada sekat yang membuat tenggorokkannya sakit.

"Ava, Arel, dengarkan Papa, nak. Ayolah, tenangkan diri kalian, Papa mohon." Bujuk Harry seraya menarik tangan Ava dan Arel hingga jatuh ke dekapan hangatnya. "Papa tau ini semua karena Papa. Papa juga menyesal, Papa juga sedih. Tapi kita harus kuat untuk Mama, Papa minta kalian kemari bukan untuk menangisi Mama, kita harus sama-sama kuat agar Mama terhibur dan cepat sembuh. Bukankah itu yang kalian mau?"

Harry merasakan anggukkan lemah di dadanya, membuat ia menghela napas lega.

"Papa menyayangi kalian, Papa juga sangat menyayangi Mama. Jangan menangis lagi, okay? Mama tidak akan suka melihat kalian menangis." Ava dan Arel kembali mengangguk dan Harry memberikan kecupan lembut secara bergantian di kening Ava dan Arel.

Kemudian Harry berdiri dari posisi berlututnya dan mendahulukan anak-anaknya untuk masuk terlebih dahulu.

Tangisan Ava dan Arel yang tadinya sudah berhenti kini kembali lagi. Mereka berjalan pelan menghampiri ranjang Kendall dengan isakan yang ditahan. Mereka sudah berjanji agar Kendall tidak mengetahui mereka menangis.

Harry pun mengangkat tubuh anak-anaknya dan menempatkan mereka di kedua sisi Kendall. Ranjangnya yang cukup luas dan tubuh anak-anak itu yang kecil tidak membuat ranjang menjadi sempit.

Perlahan-lahan Ava dan Arel mengalungkan tangan mereka dibawah dada Kendall dan kepala mereka diatas dada Mamanya. Mereka sudah tau untuk tidak memegang perut Kendall.

Tak kuat melihat keadaan Kendall, Arel mengulurkan kedua tangannya pada Harry, meminta digendong. Begitu ia sudah berada di dekapan Papanya, Arel menyembunyikan wajah di relung leher Harry sembari memejamkan mata dan kembali menangis.

"It's okay, baby. Mama akan baik-baik saja setelah melihat kalian." Ujar Harry, terus mengusap punggung Arel. "Ava.." panggil Harry, membuat Ava menoleh padanya. Harry memberikan isyarat agar bocah itu berhenti menangis dan tersenyum.

Pintarnya, Ava menurut dengan menghapus jejak air mata di wajahnya. Ia pun menegakkan kepala untuk menatap wajah Kendall.

Ava mulai tersenyum, "Hai, Mama.." belum rampung dengan kalimatnya, Ava sudah menangis lagi. Namun cepat-cepat ia menetralkan perasaannya. "Mama selalu sakit. Kenapa tidak Ava saja yang sakit? Kasihan Mama."

Fight For Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang