Harry terkesiap saat melihat dua tas ransel mendarat di meja kerjanya, bersamaan dengan datangnya Ava dan Arel yang berpakaian rapi. Wajah mereka berseri, sangat kontras dengan Harry yang murung.
Melihat ke arah jam dinding, Harry menautkan kedua alisnya dan menutup MacBook yang isinya tidak boleh dilihat oleh anak-anaknya.
"Pukul enam pagi dan kalian sudah berpenampilan seperti ini, ada apa?"
Seketika bahu Ava merosot, ia menatap Harry dengan sirat tidak percaya.
"Kita pergi ke rumah Opa Bruce! Kenapa Papa masih di sini?" Ava menarik-narik tangan Harry dengan sekuat tenaga bahkan Arel ikut membantu dengan menarik tubuh kakaknya. Namun tenaga dua orang anak kecil tidaklah sebanding dengan tenaga Harry yang mampu menimbulkan memar biru di kulit hanya dengan tamparan. Ya, tragis.
Menghela napas, Harry pun harus memutar otak untuk tidak terlalu jujur mengenai kejadian semalam bersama Kendall. Ia harus membuat skenario baru agar Ava dan Arel tidak menangkap maksud sebenarnya dari kepergian Kendall.
"Kita tidak ikut pergi, Ava." Ujar Harry dengan nada sedikit jengah.
Ava dan Arel pun menghentikan aksi tarik-menarik mereka.
"Apa? Tadi malam Mama masuk ke kamar, Pa! Dia bilang kita akan pergi ke rumah Opa.."
Harry menggeleng pelan, "tidak, hanya Mama yang pergi."
Setelah itu Harry menangkap kedua mata anak-anaknya berair dan bibir mereka bergetar, menahan tangis.
"M-mama lupa kita?" Lirih Arel, bersamaan dengan setetes air mata lolos dari pelupuknya.
Harry yang dibuat pusing dengan ini semua, hanya bisa memejamkan mata sembari memijat pangkal hidungnya. Ia menyesal tidak memikirkan sejauh ini saat memutuskan untuk mengusir istrinya sendiri. Pikirannya terlalu kacau untuk dapat mengingat hal lain, termasuk Ava dan Arel.
"Come here.." ujar Harry, menepuk pelan pahanya yang tertutup sebagian karena ia hanya mengenakan bokser.
Ava dan Arel pun merangkak naik ke paha Harry dan mereka langsung menyandarkan kepala di bahu bidang Ayahnya itu. Harry mengusap punggung kedua anaknya, berharap itu dapat menghentikan isak tangis mereka.
"Mama hanya pergi menjenguk Oma Kris, dia sedang sakit. Mama tidak jadi membawa kalian karena semalam kalian terlalu pulas dan Mama buru-buru." Jelas Harry, sepenuhnya berbohong.
"Jadi nanti Mama pulang ke sini lagi, Pa?"
Dan tibalah pertanyaan yang paling ia hindari. Jika Harry mengatakan 'tidak' maka Ava dan Arel akan kembali menangis, bahkan merajuk. Namun jika Harry mengatakan 'ya' itu artinya Harry harus menyusun rencana dengan Kendall, menelepon atau mengirim pesan padanya agar kembali ke rumah untuk bertemu anak-anak. Itu tidak akan terjadi. Ego dan gengsinya terlalu besar, bahkan untuk mengetik pesan saja.
***
Selepas kepergiannya dari rumah, Kendall tidak benar-benar mengunjungi rumah lamanya yang berjarak cukup jauh dengan rumahnya dan Harry. Wanita itu memilih untuk menetap beberapa lama di sebuah hotel dan dengan penyamaran tinggi agar tidak ada media yang meliput dan menyelidiki kejanggalan seorang model terkenal ini.
Baru beberapa jam, kerinduannya terhadap Ava dan Arel semakin sulit untuk dibendung. Ia bahkan tidak tidur hanya karena memikirkan banyak hal tentang anak-anaknya.
Apa tidur mereka nyenyak?
Apa yang sedang mereka lakukan sekarang? Terlebih saat mereka tidak mendapati Kendall di rumah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fight For Love
Fanfiction•SEQUEL• BOOK 2/2 OF PARTNER IN LOVE Tidak ada kisah cinta yang berjalan mulus. Seluruh dongeng kesukaanmu bahkan memiliki konflik yang berbeda-beda. Mungkin kau sudah melupakan masa lalu, namun itu tidak menutup kemungkinan bahwa masa lalu akan mel...