64. LAST LETTER

203 35 20
                                    

Harry membuka pejaman matanya, setelah ia menyesuaikan mata dengan cahaya matahari, iapun menoleh pada Kendall yang masih tertidur pulas tanpa busana, selain selimut tipis yang menutupinya.

Pipinya bersemu merah kala ia mengingat apa yang ia lakukan bersama Kendall semalam. Meskipun tidak seperti biasa –Kendall agak ragu– Harry tetap menyukainya, asalkan partnernya adalah Kendall.

Harry mengambangi tubuh Kendall dengan bertumpu pada kedua sikunya. Ia memandangi wajah Kendall yang tidak pernah menyesalkan setiap orang yang melihatnya.

"Kendall.." bisik Harry sembari mengelus pipi Kendall dengan punggung jarinya. "Bangun, Sayang." Lanjutnya saat ia melihat kepala Kendall bergerak ke samping.

Kemudian mata Kendall terbuka penuh. Pemandangan yang ia dapatkan sesaat setelah itu adalah wajah tampan Harry yang menorehkan senyuman manis.

"Aku terbangun karena ada dua matahari pagi ini." Ujar Harry, tanpa Kendall tanya.

Kendall pun menunjukkan wajah bingungnya karena setaunya, Tuhan hanya menciptakan satu matahari untuk satu bumi.

"Satu," Harry mengarahkan jari telunjuknya pada sinar yang masuk melalui celah gorden. "..dan dua." Harry menunjuk wajah Kendall, membuat wanita itu terkekeh renyah.

"Aku rasa ini terlalu pagi untuk memuji seseorang selebih itu, Harry." Balas Kendall.

"Tapi kau bukan sekadar seseorang bagiku, Sayang. Kau istriku dan memujimu tidak kenal waktu, bahkan aku bisa mengatakannya setiap detik jika aku mau."

"Jadi kau tidak mau?"

"Sudah. Dalam hati dan pikiranku, aku mengatakannya." Lagi-lagi Kendall tersenyum, akhirnya ia mulai menerima rayuan Harry karena memang pria itu selalu bisa membangkitkan asmara.

"Mandi bersama?" Tawar Harry, tanpa menghilangkan ekspresi wajah berserinya.

Kendall menggeleng pelan, "kau tau kita tidak akan berakhir dengan hanya mandi sementara Ava dan Arel harus kita jemput."

"Ugh.. kau benar." Harry menyibakkan selimut kemudian berjalan ke kamar mandi tanpa mengenakan pakaian atau minimal boksernya.

***

Dengan tatapan penuh arti, Kendall sedari tadi tidak bosan mengamati wajah suaminya yang sedang memakan sarapan. Ada perasaan senang di hatinya saat ia mulai menerima Harry seperti sedia kala.

Perlakuan Harry yang sangat manis membuat hati Kendall luluh. Contohnya semalam; pria itu melancarkan aksinya dengan penuh kelembutan sehingga keintiman mereka terasa begitu hangat.

Harry tak memaksakan keinginannya untuk bercinta dengan Kendall, semuanya terjadi begitu saja tanpa mereka pikirkan. Semalam mereka hanya terdiam memeluk satu sama lain seraya membicarakan sekolah untuk anak-anaknya, kemudian tanpa hasrat yang menggebu, Harry menyambut bibir Kendall dan meminta persetujuan wanita itu untuk meneruskannya. Respectful.

Kendall jadi berpikir puluhan kali mengenai ucapan Archie di mimpinya. Pada akhirnya Kendall tidak sanggup membayangkan perpisahan antara dirinya dan Harry. Perlahan-lahan, namun pasti, Harry membangkitkan perasaan Kendall yang sebelumnya terkubur bersama anak mereka.

"Sayang, cereal itu akan lembek jika kau terus melihatku." Harry terkekeh, menyadarkan Kendall dari dunia fantasinya, "ada apa, hm?" Lelaki itu pindah tempat duduk ke sebelah Kendall, kemudian mengusap pipinya dengan ibu jari.

Kendall menggeleng dengan canggung seraya menundukkan wajahnya yang memerah. Harry duduk dekatnya dan menatapnya dengan intens membuat Kendall tersipu, ditambah debaran yang tak karuan di dalam dada.

Fight For Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang