Berita kehamilan seorang model papan atas dengan bayaran tertinggi di dunia itu sudah tersebar luas dan masih menjadi perbincangan hangat di media, walaupun usia kehamilannya sudah menginjak bulan ke lima.
Ucapan dan doa-doa baik tak hentinya singgah melalui media sosial Harry dan Kendall ataupun melalui buah tangan yang mereka kirimkan langsung ke kediamannya.
Kehamilan Kendall yang kedua ini rupanya menjadi lebih menyenangkan daripada yang pertama karena Kendall dikelikingi oleh suami dan anak-anaknya yang enggan beranjak dari sisi Kendall. Mereka selalu setia menemani wanita itu dan memenuhi apa yang ia butuhkan.
"Mama, apa baby sudah makan?" Celetuk suara Arel yang meringkuk nyaman di sisi Kendall seraya mengelus perut yang buncit itu.
"Kita mau saja sarapan beberapa menit yang lalu, Arel."
"Baby, baby harus makan yang banyak supaya perut mama cepat besar dan baby lahir, ya." Lanjut anak itu, kali ini kepalanya diistirahatkan di perut Kendall.
Kendall yang mendengar celotehan polos Arel itu hanya bisa terkekeh dan menggelengkan kepala. Di antara kedua anaknya, memang Arel yang sangat menginginkan kehadiran adiknya yang bahkan belum memiliki nama dan hanya dipanggil dengan sebutan 'baby'.
Meskipun begitu, Ava juga turut menghiasi hari kehamilan Kendall dengan membantu mengantarkan segelas susu atau mencari makanan idaman Kendall bersama Harry. Ava dan Arel memiliki peran yang berbeda-beda, jika Ava membantu di segi kebutuhan, maka Arel membantu di segi hiburan. Keduanya saling melengkapi.
"Mama!" Ava datang, menyapa Kendall dengan pakaian yang rapih dan tas ransel tersemat di tubuhnya, membuat Kendall menyatukan kedua alis.
"Ava ingin ikut ke kantor denganku, Sayang. Tidak apa, 'kan?" Uhar Harry tiba-tiba, menjawab keheranan Kendall.
"Bukankah kau akan kedatangan kolegamu? Jadi pertanyaannya; tidak apa jika Ava ikut bersamamu?" Kendall balik bertanya.
"Ava tidak akan merepotkan. Kolegaku datang untuk sekadar bertemu dan berbincang ringan mengenai kerja sama." Jawab Harry sembari memperbaikki tatanan jas bludru hitamnya, membuat ia terlihat sangat gagah, serta menegaskan wibawanya sebagai pimpinan perusahaan.
Kemudian Kendall tersenyum dan mengangguk.
"Kalau begitu, kami berangkat." Harry pun maju beberapa langkah, kemudian menangkup wajah Kendall untuk mengecup dahi, kedua pipi, dan berakhir di bibirnya.
"Be safe." Pesan Kendall sebelum Harry dan Ava berjalan keluar dari rumah mewahnya, menyisakan Kendall dan Ava yang masih betah berdekatan di sofa ruang keluarganya.
"Biasanya Arel akan ikut jika Kak Ava pergi." Ujar Kendall, memainkan rambut lurus Arel yang kian memanjang sampai menutupi sebagian dahinya.
"Arel maunya dengan Mama."
***
"Papa, gendong Ava!" Pekik anak itu ketika Harry baru saja menurunkannya dari mobil. Ava mengangkat kedua tangannya ke atas, mengundang perhatian beberapa karyawan Harry yang lewat dan memandangnya gemas.
"Manja sekali anak Papa ini." Gerutu Harry, namun tetap menuruti kemauan anaknya.
"Sebelum Ava beranjak remaja, Pa."
Harry terdiam sejenak, memikirkan bahwa celotehan pintar Ava barusan adalah sepenuhnya benar. Harry beruntung masih di beri kesempatan untuk memanjakan anaknya, memperlakuka mereka layaknya seorang putri dan pangeran, seharusnya Harry menikmati waktunya bersama masa kecil Ava dan Arel karena akan ada saatnya mereka bertumbuh besar dan merasa malu untuk meminta di gendong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fight For Love
Fanfiction•SEQUEL• BOOK 2/2 OF PARTNER IN LOVE Tidak ada kisah cinta yang berjalan mulus. Seluruh dongeng kesukaanmu bahkan memiliki konflik yang berbeda-beda. Mungkin kau sudah melupakan masa lalu, namun itu tidak menutup kemungkinan bahwa masa lalu akan mel...