AUTHOR's POV
"Selamat pagi, Ken. Kau mau sarapan di bawah atau aku yang mengantarkannya ke kamar?" Tanya Harry sambil memegang bahu Kendall yang baru saja terbangun.
Kendall mengela napas sejenak sebelum menjawab, "Tolong antarkan saja, Harry." ucapnya dengan posisi masih memunggungi Harry dari semalam. Harry mengangguk kemudian beranjak dari kasurnya menuju ke dapur, membuatkan sarapan untuk Kendall.
"Biar aku saja yang membuatkan sarapan untuk Kendall." Ucap Harry kepada pelayan dirumahnya. Harry pun mulai memecahkan telur diatas teflon selagi Kendall membasuh wajah dan menyikat giginya.
Begitu Kendall keluar dari kamar mandi, Ia mendapati Harry yang sedang kesusahan mendorong pitu kamarnya karena Harry membawa nampan ditangannya.
Kendall terkekeh dalam hatinya namun wajahnya hanya menunjukkan senyum miring. "Perlu bantuan?"
Harry mengangkat kepalanya saat mendengar suara Kendall, "Oh, tidak perlu, Ken. Duduklah."
Kendall pun duduk di kasurnya dan bersandar di headboard. Harry mendekati Kendall kemudian meletakan nampan diatas pangkuan Kendall.
"Oh.. your feet are swollen, hun, something's happen to you?" Harry menyadari bengkak pada kedua kaki Kendall dan seketika membuatnya panik.
"Ini hal biasa untuk ibu hamil sepertiku, Harry. it's okay." Harry mengangguk paham kemudian duduk di sebelah Kendall untuk menyantap sarapan mereka bersama.
Pikiran dan hati Kendall masih belum tenang perihal hasil tes dari rumah sakit yang menurutnya merupakan gambaran dari kelanjutan rumah tangganya dengan Harry. Sadar akan bayi yang di kandungnya, Kendall berusaha untuk berpikir positif agar anak-anaknya tetap sehat sebelum dan setelah mereka keluar ke dunia. Kini pula, Kendall berusaha untuk selalu tersenyum bahkan tertawa pada candaan Harry yang selalu diulang-ulang.
*tok..tok..*
"Siapa disana?" tanya Harry, menanggapi ketukkan di pintu kamarnya.
Tidak mendengar jawaban, Harry memutuskan untuk memeriksanya sendiri sementara Kendall menghabiskan sarapannya. Harry membuka pintu kamarnya dan mendapati pelayannya berdiri memegang amplop berlogo rumah sakit.
"Ada kiriman dari rumah sakit untuk Tuan."
Kendal berhenti menyantap sarapannya saat mendengar kata 'rumah sakit'. Ia menunduk, berusaha rileks dan meyakinkan dirinya untuk siap menerima apapun isi dari surat itu.
Harry menoleh ke belakang, melihat Kendall yang termenung, "Letakkan di rua--"
"Berikan padaku." potong Kendall yang entah sejak kapan sudah berdiri di belakang Harry. Tangannya menunggu pelayan itu memberikan suratnya.
"Ken, bukankah lebih baik kau buka surat itu nanti?"
Alih-alih mendengarkan saran Harry, Kendall langsung merampas surat yang dipegang pelayan itu dan menyuruhnya untuk kembali mengerjakan tugasnya yang tertunda. Kendall melirik Harry *mulmed* kemudian menghela napasnya sebelum membuka lem amplop dan membacanya.
"Panggilan kontrol rutin untukmu." Kendall memberikan surat itu pada Harry kemudian berjalan menuju ranjangnya, duduk disana dengan kedua telapak tangan yang menyanggah wajahnya.
Harry ikut menghembuskan napasnya, merasa sedikit lega bahwa isi surat itu bukan hasil tes yang ia lakukan kemarin. Kendall menatapnya dengan perasaan yang tak karuan dan bibirnya bergetar menahan agar air mata tidak membasahi pipinya lagi.
"Ken.."
Kendall mengabaikan panggilan Harry dengan berbalik badan dan kembali menyelesaikan acara sarapannya yang tertunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fight For Love
Fanfiction•SEQUEL• BOOK 2/2 OF PARTNER IN LOVE Tidak ada kisah cinta yang berjalan mulus. Seluruh dongeng kesukaanmu bahkan memiliki konflik yang berbeda-beda. Mungkin kau sudah melupakan masa lalu, namun itu tidak menutup kemungkinan bahwa masa lalu akan mel...