68. ALMOST COME TO AN END

203 29 22
                                    

Hai aku datang lagi hehe
Tpi kali ini short chap guys..
Moga like

Mobil Fai berhenti di antara puluhan mobil lainnya akibat kemacetan yang cukup panjang. Suara klakson mobil menghiasi pendengaran Fai dan Kendall saat ini. Entah apa yang menyebabkan jalanan macet, namun rasanya macet ini akan menjebak mereka dalam waktu yang cukup lama.

Kendall tak hentinya menghapus air mata yang jatuh membasahi wajah. Ia melupakan fakta bahwa sebelumnya ia bertekad untuk tidak melihat wajah Harry atau menginjakkan kakinya di rumah kelam itu.

Namun kali ini, kedua anaknya menjadi alasan utama Kendall melanggar tekadnya. Setelah semuanya selesai, maka ia dan anak-anaknya tidak akan kembali lagi.

Melihat Kendall yang semakin menitihkan air matanya, Fai pun meraih tangan Kendall dan menggenggamnya dengan kuat, membuat Kendall menoleh, heran.

"Tenang. Aku yakin anak-anakmu baik-baik saja. Jika sesuatu terjadi, aku orang pertama yang akan menolong kalian, kau bisa pegang perkataanku, Kendall." Fai melukiskan senyumannya, seolah itu dapat menguatkan sahabatnya.

***

Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Tiga jam setelah kejadian Harry mengurung anak-anaknya sendiri dan sekarang Harry akan membuka kunci pintu kamar mereka untuk makan malam, atau anak-anak itu akan kelaparan.

Saat Harry mendorong pintu kayu putih itu, ia mendapati anak-anaknya saling memeluk sembari memejamkan mata mereka yang sembab. Ava dan Arel duduk di lantai, bersandar pada kaki ranjangnya, tertidur dengan posisi yang sama sekali tidak nyaman.

Pikiran Harry pun kembali pada beberapa jam lalu. Betapa kejamnya ia melakukan hal ini dan bahkan ia tidak berpikir bahwa tindakannya akan menjadi luka yang membekas di hati kecil Ava dan Arel.

Harry mengurung mereka dan membukakan pintu saat jam makan tiba. Jujur, Ava dan Arel lebih terlihat seperti narapidana daripada anaknya.

Pria itupun berlutut di depan Ava dan Arel. Sejenak ia memandangi wajah kedua anaknya yang semakin memperlihatkan potongan wajah Kendall, istrinya.

"Ava, Arel.." panggil Harry dengan nada selembut mungkin. Sangat berbanding terbalik dengan suaranya beberapa jam lalu.

"Bangun, Nak." Harry menjalankan kedua tangannya untuk mengusap punggung Ava dan Arel.

Pergerakan itupun membuat Ava dan Arel terganggu dari tidur mereka hingga kedua mata mereka terbuka perlahan.

"Ayo kita makan malam." Ajak Harry.

Ava dan Arel menggeleng sebagai jawabannya. Mereka masih terlalu trauma untuk berhadapan dengan Harry. Jelas saja.

"Sayang.. Papa tidak mau kalian kelaparan dan sakit. Keluarlah, kita makan bersama." Bujuk Harry yang lagi-lagi gagal.

"Lebih baik lapar daripada dimarahi Papa lagi." Lirih Ava, membuat Harry terkejut akan bagaimana anak sekecil itu bisa mengatakan hal yang biasa dikatakan orang dewasa.

Harry hanya bisa menggeleng lemah.

"Arel mau makan kalau ada Mama." Timpal bocah lelaki itu, namun terlihat jelas sirat takut dan keraguan saat ia mengatakannya.

"Tidak bisa. Mama kalian masih berada di rumah Oma Kris. Kita makan bertiga saja, ya?"

Sebesar apapun usaha Harry untuk membujuk anak-anaknya, tetap saja yang mereka inginkan adalah Kendall. Harry pun menyerah karena Ava dan Arel memberikan gelengan yang semakin kuat.

Fight For Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang