AUTHOR's POV
Harry memerhatikan wanita yang berada beberapa langkah di depannya, sedang berbicara sangat serius di telepon dan beberapa kali menyebut nama Harry. Lelaki itu pun maju selangkah untuk memperjelas pendengarannya tentang apa yang sedang dibicarakan wanita itu kepada orang yang berada di seberang telepon.
Tepat saat dia mematikan sambungan teleponnya, Harry berjalan hingga pas di belakangnya. "Apa yang kalian bicarakan?" Tanya Harry, dengan nada yang begitu berat. Dia mempunyai firasat buruk tentang jawaban dari pertanyaan nya tadi.
Raut wajah wanita itu terlihat kaget namun ia begitu pintar untuk menyembunyikannya. "Ah, Harry, kau mengejutkanku. Kenapa kau tidak bilang pada ibu kalau kau akan ke sini?" Basa-basi nya.
"Ibu, aku tidak menanyakan apa kau terkejut atau tidak. Aku bertanya, apa yang kau bicarakan di telepon, mengapa kau menyebut namaku dan menyebut Kendall sebagai perempuan pembawa sial?" Harry mulai terpancing emosi.
Anne pun berusaha mencari kebohongan yang akan ia ucapkan pada anaknya. Tetapi sayang, Anne tahu bahwa Harry sangat pintar mendeteksi nada kebohongan seseorang. Jadi terpaksa ia harus jujur kepadanya.
Anne mendekatkan bibirnya kepada telinga Harry untuk membisikkan jawaban dari pertanyannya. Tepat setelah Anne berbisik, Harry melemparkan pandangan mautnya, dia begitu tidak percaya bahwa ibunya akan melakukan hal se-keji itu kepada Harry.
Selama Harry hidup, ia tidak pernah membayangkan bahwa ibunya akan menghancurkan hubungan cintanya. Dengan suara yang begitu marah, "Sekali-kali aku tidak akan melakukan permintaan jahatmu, bu! Aku menghormatimu, tetapi aku tidak segan-segan untuk membenci orang yang berusaha menghancurkan hubunganku dengan siapapun, tidak terkecuali untukmu!"
Setelah membentak ibunya, Harry memberikan kue buatan Kendall untuk Anne sebelum dia pergi meninggalkan rumahnya yang dahulu.
Harry menghentakkan kaki bahkan membanting pintu dengan sangat keras, membuat Anne terkejut sekaligus takut. Tidak pernah ia melihat anaknya marah kepadanya sampai seperti ini, itu artinya, Harry begitu setia mencintai isterinya. Tetapi apa yang sudah di bayangkannya, harus selalu terjadi.
****
BRAK!!
"Harry? Kau tak apa?" Kendall terlonjak kaget dari posisi duduknya dan menghampiri Harry yang datang dengan membanting pintu dan tanpa sapaan kepadanya.
Kendall mengelus lengan Harry dan memeluknya, ia berharap dengan itu emosi Harry akan mereda. Sebenarnya Kendall tahu pasti ada argumen antara Harry dengan ibunya. Karena hal itu selalu terjadi jika mereka berdua berkunjung ke rumah Anne.
Perlahan, tubuh Harry yang menegang mulai lemas dan dia membalas pelukan Kendall dengan menyembunyikan wajahnya di lekukan leher istrinya. Setelah beberapa saat berpelukan, Kendall pun menguraikannya dan memegang kedua tangan Harry.
"Sekarang, ceritakan padaku, apa yang membuat emosimu tersulut seperti sekarang?"
Harry menghela napas berat dan berjalan lurus menuju halaman belakang dan duduk di pinggir kolam sambil merendam kakinya, kebetulan air di kolam sedang hangat karena terpasang pengatur suhu di dalam kolam tersebut.
Kendall menyusul dan melakukan hal yang Harry lakukan. Wanita itu menggenggam tangan Harry yang mengepal seolah ingin meninju sesuatu. Sambil mengelusnya, Kendall menatap wajah Harry dari samping sampai Harry menceritakan kejadian beberapa puluh menit yang lalu saat dia di rumah Anne.
Sama hal nya dengan Harry, Kendall terkejut dan sangat ingin meluapkan kemarahannya sekarang juga. Tetapi dia menanhannya karena dia tidak ingin bertengkar dengan Anne. Dalam hati, Kendall menyemangati dirinya dengan kata-kata sabar yang terus di ulangi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fight For Love
Fanfiction•SEQUEL• BOOK 2/2 OF PARTNER IN LOVE Tidak ada kisah cinta yang berjalan mulus. Seluruh dongeng kesukaanmu bahkan memiliki konflik yang berbeda-beda. Mungkin kau sudah melupakan masa lalu, namun itu tidak menutup kemungkinan bahwa masa lalu akan mel...