Happy Reading❣
.
.
.*****
Selamatkan dia Tuhan! Batinnya berkali-kali.
Tanpa sadar, isaknya kembali terdengar air matanya kembali menetes. Tangisnya pecah mengingat semua yang terjadi. Kena dan Kya yang berada di sebelah Al hanya bisa memeluk sahabatnya yang kini tengah menangis itu. Jujur melihat Al seperti ini pun membuat hati para sahabatnya terluka, Al yang biasa berperan sebagai gadis tegar yang hanya suka menyakiti dirinya, kini memilih menangis.
"Salah gue, gue udah lihat mobil itu, tapi gue cuma diem!" ujarnya lirih yang masih bisa di dengar oleh Kena.
"Nggak Al, lo gak salah,"
"Ini semua salah gue!"
Menit berikutnya pintu ruang IGD terbuka memperlihatkan seorang dokter dan beberapa perawat yang menangani Vero pun keluar. Al mendongakkan kepalanya, bangkit d an menghampiri dokter tersebut di ikuti para remaja laki-laki yang segera memberondongi dokter tersebut dengan serentetan pertanyaan.
"Gimana keadaannya, Dok?"
Dokter tersebut menggelengkan kepalanya, membuat Al dan lainnya terkejut. Gadis itu menggelengkan kepalanya tak percaya, "enggak, dokter pasti bohong. Dia baik-baik aja kan dok!" ujar Al sembari mengguncangkan tubuh dokter tersebut.
"Dokter jangan bercanda, ini sama sekali gak lucu!"
"Maaf, kami sudah berusaha semampu kami, tapi Tuhan berkehendak lain."
"Usaha apa?! Kenapa dia nggak bangun?! Usaha apa yang dokter kasih!" ujar Al dengan air mata yang terus menetes.
"Al, tenang. Lo jangan kaya gini," ujar Rey mencoba menenangkan Al.
"Gimana gue bisa tenang liat cowo gue sekarat di dalem sana tanpa ada yang mau bantu dia?!" bentaknya.
"Al, lo harus ikhlasin dia," ujar Kya.
Al menggeleng pelan, "Enggak! Gila lo!" ujarnya lalu berlari masuk ke dalam ruangan tersebut.
Di sana, ia melihat tubuh Vero yang terbaring di atas brankar. Gadis itu tak lagi bisa menahan airmatanya, di sana dalam ruangan itu semua orang menjadi saksi kepergian sahabat dengan tangisan. Gadis itu memeluk jasad kekasihnya itu, sembari memohon keajaiban tuhan agar mengembalikan pemuda yang ada di hadapannya ini.
"Ver, lo gak ninggalin gue kan? Lo udah janji sama gue," ujarnya lirih, "Ver, bangun dong. Lo gak bakal ingkarin janji lo kan?" Kini tangisnya semakin pecah, berkali-kalipun ia berbicara pemuda itu tak kunjung menjawabnya. Dadanya kembali terasa sesak memikirkan kenyataan yang bahkan sama sekali tidak pernah terlintas di benaknya.
Malam itu hujan pun turun, langit pengiring kepergian seorang Veroan Kenalt. Banyak hati yang terluka, banyak orang yang tak menyangka bahwa pemuda itu akan pergi secepat ini, begitupun bagi Al, gadis itu masih tak percaya dengan semua kenyataan yang ada dihadapannya ini. Setelah mengurus administrasi merekapun segera kembali ke Surabaya untuk memakamkan jasad Vero yang kini mulai mendingin.
Satu setengah jam kemudian, mereka baru sampai di kediaman Vero yang langsung di sambut dengan air mata dari bunda dan adiknya. Al pun turun dengan langkah gontai ia yakin pemuda itu tidak akan pernah meninggalkannya. Namun, saat melihat bunda Melati dan Elang menangis membuat pertahanannya kembali runtuh, gadis itu meneteskan kembali airmatanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONA (SELESAI)
Teen FictionKesakitan terhebat bukan karna broken heart, melainkan broken home. Luka terhebat adalah saat keluargamu tak kan pernah kembali utuh. Kesedihan terhebat adalah saat rumah yang seharusnya menjadi tempatmu pulang justru terasa asing. Kepedihan terheba...