48

1.7K 85 30
                                    

Happy reading ❣️
.
.
.
*****

Kali ini dua sejoli itu sedang berada di cafe yang tak jauh dari rumahnya, karena cukup dekat dan masih satu komplek dengan rumah Al, mereka memutuskan untuk berjalan kaki. Mereka berjalan berdampingan, menikmati siang yang tak cukup terik seolah-olah matahari malu untuk menampakkan dirinya.
Cafe itu bersebrangan dengan sebuah taman di kompleknya, taman yang beberapa minggu lalu menjadi tempat Al mengalami kesialan.

Ah, bicara tentang kecelakaan itu, ia jadi ingin tau siapa penabraknya waktu itu. Entahlah, karna ia merasa jika kejadian itu di sengaja oleh seseorang. Gadis itu menatap kosong ke luar jendela cafe, tiba-tiba saja ia kembali memikirkan kejadian itu dan juga kejadian beberapa tahun lalu yang entah kenapa muncul begitu saja di kepalanya. Ia menggelengkan kepalanya pelan dan kembali menyadarkan lamunannya.

"Kamu kenapa?" tanya Vero yang di balas gelengan kepala oleh Al.

Detik berikutnya, pemuda itu meraih tangan Al dan menggenggamnya sembari menatap manik mata gadis itu, seolah mengorek kebohongan di dalamnya. "Beneran?"

"Iya, Ver."

Vero menyunggingkan senyumnya. "Iya deh. Habisnya dari tadi kamu diem terus," kata pemuda itu.

"Gue gak apa-apa."

"Kalau ada yang ngeganjal hati kamu, cerita aja sama aku. Aku pasti dengerin kamu."

"Iya," balas Al sembari tersenyum singkat. "Oh iya, lo tadi ngobrolin apa aja sama nyokap?"

"Masa depan kita."

"Bangke!" sahut Al diiringi kekehan dari Vero. "Gue serius, Ver."

"Duh, jangan serius-serius, biaya aku belum cukup buat ngidupin kita sama anak-anak."

Gadis itu memutar bola matanya malas. "Bidi imit!" katanya kesal yang justru semakin membuat Vero tertawa.

"Ketawa aja terus sampai gajah keluar dari mulut lo!" ketus Al.

"Iya-iya. Jangan ngambek, kamu tuh lucu kalo kaya gitu, kan jadinya aku ketawa," ujar Vero yang hanya di balas dengan kata 'hemm' oleh Al.

***

Setelah puas menghabiskan siang weekend nya bersama, mereka memutuskan untuk pulang. Sebenarnya Vero masih ingin mengajak gadisnya ke suatu tempat, tetapi bundanya menelpon memintanya untuk segera pulang, dan dengan berat hati ia harus pulang.

Setelah memastikan Vero sudah pergi, gadis itu beranjak masuk ke dalam rumahnya. Rumah itu sepi seperti biasa, tak terlihat ada kehidupan di dalamnya. Ia hanya menghela napas dan berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas minum. Setelah mengambil minum tersebut, matanya tak sengaja melihat sebuah notes yang tertempel di kulkas rumahnya. Gadis itu meraihnya, ia kembali menghela napasnya setelah membaca pesan yang tertulis di sana.

Ia pun berjalan menaiki tangga menuju kamarnya. Ia menghempaskan tubuhnya di atas kasur saat sampai di kamarnya itu, lalu mengeluarkan ponselnya dari saku celana dan menyalakannya. Ia menekan beberapa kali layar ponsel itu lalu mengarahkannya ke samping telinga.

"Halo! Kerumah gue yuk, sekalian ajak yang lain."

"..."

"Iya, tadi pagi. Buruan kesini deh."

"..."

"Iya gue tunggu, bye!"

Sambungan telepon terputus, gadis itu memejamkan matanya. Hari ini bi Isum tengah pulang kampung, sedangkan mamanya yang sudah memintanya untuk kembali pulang juga sudah pergi keluar kota. Ah, ia merasa menyesal sudah mengikuti kemauan ibunya itu, ia pikir Rani sudah sedikit berubah, tetapi ternyata tetap saja masih sama seperti sebelumnya.

ALONA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang