Pernah ada ...
Rasa cinta ...
Antara kita, kini tinggal kenangan.
Ingin ku lupakan ...
Semua tentang dirimu ...
Namun, tak lagi kan seperti dirimu
Oh, kekasih ...Lagu itu mengalun masuk melewati indra pendengarannya. Ada perasaan aneh yang menjalar melewati aliran darahnya, saat dirinya mendengar lagu tersebut.
Jauh kau pergi meninggalkan diriku
Di sini aku, merindukan dirimu
Ingin ku coba mencari penggantimu
Namun, tak lagi kan seperti dirimu
Oh, bintangku.Serpihan memory yang berceceran kini kembali terbentuk seperti semula, tanganya menggenggam erat stir mobilnya. Dengan cepat tanganya beralih untuk mematikan radio mobilnya, Al menghela nafasnya. Detik berikutnya terdengar dering ponsel dari samping kursi penumpang disampingnya. Ia menoleh sekilas lalu meraih ponsel tersebut. Ia melihat nama yang tertera di layar ponselnya, lalu menggeser tanda hijau untuk mengangkatnya.
"Halo!"
"...."
"Gue di jalan. Tungguin aja lah, bentar lagi gue nyampe."
"...."
"Iye, bawel lo."
"...."
Brukkk...
"Iye iy---" Al menghentikan laju mobilnya mendadak saat di rasanya dirinya menabrak sesuatu.
"Oh..shit!!" umpatnya, kepalanya sedikit mendongak untuk melihat kondisi depan mobilnya yang ternyata sudah mencium bagian belakang mobil lain yang ada di depannya.
"Aishh Damn!!" umpatnya lagi sambil memukul stir mobilnya. Al melempar ponselnya di atas dashboard lalu membuka pintu mobilnya dan turun dari sana, dengan sedikit emosi yang meluap ia melangkahkan kakinya menuju pelaku pengereman mendadak.
Di lihatnya pemilik mobil itu pun juga keluar dari mobilnya ia pun menuju kebelakang mobilnya untuk melihat keadaan mobilnya. Terdengar umpatan pelan dari orang itu, sedangkan Al dengan tanganya yang ia lipat didepan dada sedang berdiru dibelakang orang itu.
"WOII!! BISA NYETIR MOBIL GAK SIH LO!!" Pekik Al dari belakang pemuda itu, dengan spontan orang itu berbalik. Al sedikit terkejut saat ia tau siapa yang akan bertanggung jawab atas ini semua.
"Lo."
"lo lagi," ujar pemuda itu dan Al bersamaan. Al berdecak."Lo pikir ini jalan punya emak lo? Lo punya sim gak sih? Seenaknya banget ngerem mendadak!" kesal Al. "Ah.. Gue tau, lo pasti nyogokkan biar dapet sim. Ngaku lo!" lanjutnya mata pemuda itu membulat.
"Enak aja mulut lo. Gue lulus dengan halal ya." elak pemuda itu. Al berdecak remeh.
"Lagian juga lo ngapain nabrak mobil gue? Gak punya mata ya?" tanya pemuda itu membuat Al membulatkan matanya. Apa maksudnya itu, apa dia tidak lihat bahwa Mata Al sudah ada di depan.
"Bacot lo ya! Kalo lo gak ngerem mendadak, gue juga gak bakal nabrak mobil lo ini, semvak!" kesal Al dengan sedikit menoyor kepala pemuda itu.
"Gue gak ngerem mendadak ya, lo aja yang meleng nyetirnya."
"Enak aja malah nyalahin gue."
"Ya emang salah lo."
Mendengar itu Al menggeram kesal, sudah cukup. Kenapa hari ini menjadi bad day untuk nya, dan kenapa selalu bertemu orang kurang ajar ini. Lagi-lagi emosinya di uji, dan lagi-lagi pula dirinya harus menahan luapan emosinya. Al memutuskam untuk mengalah.
"Akhh, serah lo lah, ngomong sama lo itu sama sekali gak berfaedah tau gak!"
"Ya udah sih. Siapa juga yang mau ngomong sama cewek bar-bar kaya lo," balas pemuda itu tak kalah sengit, lalu mengecek arloji rolex hitam yang melingkar di pergelangan tangan kanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONA (SELESAI)
Teen FictionKesakitan terhebat bukan karna broken heart, melainkan broken home. Luka terhebat adalah saat keluargamu tak kan pernah kembali utuh. Kesedihan terhebat adalah saat rumah yang seharusnya menjadi tempatmu pulang justru terasa asing. Kepedihan terheba...