Happy reading ❣️
.
.
*****Lima hari sudah Al terbaring di ranjang tersebut, dan selama itu pula ia belum pernah membuka matanya kembali. Teman-temannya pun bergiliran menjaga gadis itu, di tambah dengan Dion pastinya. Pemuda itu sampai keesokan harinya dan segera menuju kerumah sakit tempat Al di rawat.
Rani dan Surya?
Jangan tanyakan, mereka harus segera kembali mengurus pekerjaan masing-masing. Setidaknya keduanya sudah menyempatkan waktu menemani putrinya, walaupun saat mereka bertemu keduanya juga kembali bertengkar, dan kini Surya harus kembali ke Paris dan Rani pun harus kembali ke Belanda.Siang ini di ruangan VVIP tempat Al di rawat, hanya ada Dion yang kini pun sedang mengerjakan beberapa tugas kuliahnya. Karna ini hari efektif, teman-teman Al akan datang setelah kelasnya selesai. Dion sesekali menatap wajah Al yang terdiam, tak menampakkan sebuah ekspresi, tak ada senyuman dan tawanya, tak ada kata-kata tajam dan tingkah jailnya, yang pemuda itu lihat kini hanya seorang gadis lemah dengan begitu banyak luka.
Ia tak habis pikir, bagaimana bisa kedua orang tuanya masih mementingkan pekerjaan mereka dari pada menemani anak semata wayangnya yang kini tengah terbaring di rumah sakit. Dion bangkit dari duduknya lalu mendekati ranjang gadis itu, ia mengusap lembut rambut Al.
"Lo kuat kan? Buruan bangun, semuanya nungguin lo," kata Dion sangat pelan.
***
Dua hari berlalu, hari ini tepat satu minggu Alona koma. Kini ruangan tersebut terisi beberapa orang, karna hari ini kebetulan sekolah mereka libur. Kelima sahabatnya, juga Vero dan Nantha ada di sana. Untung saja kamar itu cukup besar, jadi tak membuat sesak saat beberapa orang berkumpul.
Vero duduk di samping tempat tidur gadis yang masih terpejam itu, bak putri tidur ia seakan terlalu nyenyak sampai tak ingin bangun. Tangannya digenggam erat oleh Vero, masih dengan perasaan menyesal.
"Bangun, Al," gumam Vero sembari menunduk, "aku kangen kamu!" Vero berkata sembari menitikkan air matanya, entahlah tiba-tiba saja mereka keluar.
"Aku kangen, Al. Bangun, aku mohon," katanya, "udah seminggu kamu tidur, kamu gak capek? Bangun ya, sayang, aku kangen. Semuanya kangen sama kamu."
Menit berikutnya, Vero merasakan pergerakan dijari Al. Itu membuatnya terkejut, ia menegakkan kepalanya melihat kearah Al. Mata itu perlahan bergerak terbuka, mata yang sangat pemuda itu rindukan.
"Al, kamu sadar!" kata Vero cukup keras membuat teman-temannya yang lain pun terkejut dan segera beranjak mengelilingi ranjang tersebut, sedangkan Kya dan Kena berlari keluar memanggil dokter.
Mata itu perlahan terbuka, dan disambut dengan senyuman merekah dari setiap pemuda yang ada di sana. Perasaan mereka mereda, kekhawatirannya sedikit berkurang, mereka tak henti-hentinya mengucap syukur pada Tuhan.
"Akhirnya lo sadar juga, Al," kata Ed.
"Syukurlah, lo udah sadar," kata Rey.
"Akhirnya lo sadar juga, gue kangen sama lo," tambah Jojo. Sedangkan Nantha, pemuda itu hanya diam tetapi tetap mengucap syukur kepada Tuhan.
Al menerjapkan matanya berkali-kali, "Jo, Rey, Ed, Ver? Kalian di mana?" tanya gadis itu, membuat semuanya bingung.
"Kita di sini, di samping lo," kata Jojo yang berdiri di samping kanannya.
"Kenapa lampunya dimatiin? Gue gak bisa liat kalian!" kata Al, semua pemuda itu hanya saling pandang bingung.
"Ini masih siang, Al."
"Jangan becandain gue! Ini gelap banget, gue gak bisa liat kalian!" kata gadis itu panik sembari meraba-raba di samping kanan dan kirinya.
Detik itu juga, seorang dokter masuk seluruh pemuda itu beranjak sedikit menjauh memberi dokter itu tempat untuk memeriksa keadaan Al. Kedua gadis yang baru saja masuk itu pun bingung, karna ia mendengar suara sahabatnya yang panik. Begitupun pemuda-pemuda itu yang juga tak kalah bingungnya, mereka semua panik saat Al bersikeras bahwa ia tak bisa melihat mereka.
Dokter itu memeriksa keadaan Al, dan mulai memeriksa mata gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONA (SELESAI)
Teen FictionKesakitan terhebat bukan karna broken heart, melainkan broken home. Luka terhebat adalah saat keluargamu tak kan pernah kembali utuh. Kesedihan terhebat adalah saat rumah yang seharusnya menjadi tempatmu pulang justru terasa asing. Kepedihan terheba...