Happy reading ❣️
.
.
.Keenam remaja itu kini sudah berada di kediaman Kena, dengan berbagai makanan dan minuman ada di kamar gadis itu, dan tak lupa juga tentunya dengan kotak obat untuk mengobati luka-luka dari teman-temannya. Mereka saling mengobati diiringi dengan candaan yang terlontar masing-masing dari mereka. Memang diantara mereka semua, Al yang sedikit lebih parah karna dirinya yang harus berhadapan dengan ayah Kena.
***
DOR!
Suara tembakan terdengar, bukan! Itu bukan dari pistol Lionard, melainkan berasal dari luar ruangan. Menit berikutnya, pintu ruangan itu di dobrak paksa oleh beberapa orang, dan saat pintu terbuka terlihatlah beberapa polisi yang mengacungkan pistol mereka masing-masing, untuk mengepung kawanan Lionard, sedangkan yang lainnya membantu melepaskan ikatan tangan para remaja itu.
"Brengsek! Anak tak tau diri kau!!" bentak Lionard yang ia tujukan kepada Kena.
"Maaf ayah," lirih Kena.
***
"Masih ada yang sakit?" tanya Rey kepada Al.
"Gue gak apa-apa."
"Tangan lo?"
"Lumayan sih, agak ngilu," ujar Al sambil sedikit menggerakkan tangannya.
"Batu sih! Udah gue bilang, lo di mobil aja biar gue sama yang lain masuk, ngeyel aja," ujar Kya sedikit kesal dengan ke keras kekepalaan Al.
"Ya udah sih, gue gak mati ini."
Mereka pun tertawa bersama melepas lelah dan kesal masing-masing, "Thanks guys, udah bantuin gue," ujar Kena. "Gak kebayang aja kalo bokap sampe beneran jual gue."
Jojo yang duduk di sebelah Kena merangkul pundak gadis itu, mengelus lengannya lembut, "Kita kan sahabat, Na," ujarnya.
"Betul! Jadi itu udah tanggung jawab kita," tambah Ed.
******
Pagi ini Al kembali masuk sekolah seperti biasa, ia mengendari mobil seperti biasanya. Masih dengan gips yang membalut tangan kanannya dan beberapa plester dan lebam di wajah putihnya. Tentu itu menarik perhatian dari semua orang yang ada di sekolahnya, saat ia berjalan melewati koridor telinganya cukup banyak mendengar krasak-krusuk tentang penampilannya saat ini.
Al menghiraukan mereka semua, ia hanya memandangnya dengan tatapan malas."Emang dasarnya cewek berandalan, ya tetep aja berandal," kata salah satu siswi lirih kepada temannya yang lain saat Al berjalan tak jauh darinya, tentu saja masih terdengar jelas di telinga Al.
Al menghentikan langkahnya tepat di depan para gadis yang beberapa detik lalu membicarakannya, ia memandang mereka tajam yang membuat para gadis itu terdiam seketika.
"Boleh ulangin lagi apa yang lo bilang tadi?" tanya Al datar.
"E-emm, bilang apa ya?"
Al sedikit terkekeh lalu menyentuh pundak gadis itu dan menepuknya pelan, "Jangan sok bego, nanti bego beneran." Ke empat gadis itu hanya diam tak membalas ucapan Al.
Al menyunggingkan senyumnya, lalu sedikit merapikan pakaian gadis itu, "Sebelum ngomongin orang, ngaca dulu ya. Kalo gak punya kaca, gue bisa kok beliin lo yang gede, itu pun kalo emang lo gak mampu beli!" ujar Al lalu menepuk pelan pipi gadis itu. Al pun pergi meninggalkan mereka tanpa menunggu jawaban dari ke empat gadis centil itu.
Sesampainya di dalam kelas ia segera melangkah menuju tempat duduknya, tentu saja masih banyak pasang mata yang menatap aneh penampilan Al. Bagaimana tidak? Setelah beberapa hari tidak masuk sekolah karena di kabarkan kecelakaan dan masuk rumah sakit, hari ini ia datang ke sekolah dengan wajah yang babak belur, itu sungguh menimbulkan berbagai pertanyaan di kepala teman-temannya yang lain. Terlebih lagi, kemarin salah satu geng Al di paksa pulang oleh ayahnya, itu benar-benar mengganggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONA (SELESAI)
Teen FictionKesakitan terhebat bukan karna broken heart, melainkan broken home. Luka terhebat adalah saat keluargamu tak kan pernah kembali utuh. Kesedihan terhebat adalah saat rumah yang seharusnya menjadi tempatmu pulang justru terasa asing. Kepedihan terheba...