Happy reading ❣️
.
.
.BRAKK!!
Suara benturan itu terdengar sangat jelas dan keras, seorang gadis tergeletak di tengah jalan dua meter dari tempat awal dirinya berdiri. Semua orang yang mengetahui kejadian itu segera merapat melihat kondisi si gadis, sedangkan si pelaku sudah melarikan diri setelah ia menabrak Al.
***
Di sebuah kamar rumah sakit seorang gadis dan taman-temannya tengah tertawa bersama, melepas semua duka yang mereka pendam rapat. Delapan jam berlalu setelah kejadian dimana Al yang menjadi korban tabrak lari, bersyukur karna tak ada luka yang parah di tubuhnya.
Setelah kejadian itu, Dion segera membawa Al ke rumah sakit dan segera menghubungi Rani yang sedang berada di luar kota karna urusan bisnisnya, sedangkan Surya masih berada di Paris. Dion memutuskan untuk menghubungi Jojo, dan memberitahu tentang keadaan Al. Beruntung kini Al sudah sadar karna memang ia tak terluka cukup parah.
Saat sedang asik bercanda seseorang membuka pintu kamar Al dengan kencang, seorang wanita paruh baya masuk dengan wajah yang cukup panik. Matanya tertuju pada gadis yang duduk di ranjang dengan selang infus di tangan kirinya, lalu ia mengalihkan pandangannya kepada teman-teman Al dengan pandangan tak suka yang membuat mereka diam seketika. Wanita itu maju menghampiri anak semata wayangnya, Al hanya memandang ibunya dengan malas.
"Kenapa jadi kaya gini sih Al?" tanya wanita itu, Al hanya memutar bola matanya. "Kamu gak apa-apa kan, gak ada yang sakit? Enggak ada luka dalam kan?"
Tak ada jawaban dari anak gadisnya, ia terus memalingkan wajahnya tak ingin memandang ibunya. Rani mengalihkan pandangannya ke arah teman-teman Al yang tengah duduk di sofa, "Pasti karena kalian anak saya jadi seperti ini, iya kan!" ujar Rani, membuat Al memandangnya dengan heran.
"Sudah berkali-kali saya bilang! Jangan pernah mendekati anak saya lagi. Bergaul dengan kalian itu membuat dia menjadi anak yang gak bener! Sama seperti kalian semua!" lanjutnya, Al memandang sahabatnya yang hanya menunduk tak menjawab, jujur itu membuatnya sesak.
"Ma, cukup!"
"Seharusnya kalian sadar, siapa kalian itu, dari keluarga mana kalian berasal." Al membulatkan matanya saat mendengar ucapan mamanya.
"MAMA!" bentak Al.
"Kamu diam! Mama bicara sama temen gak jelas kamu ini, bukan sama kamu!"
"Lebih baik, kalian semua pergi dari sini, sebelum--"
"Sebelum apa?!" potong Al tegas. "Seharusnya mama yang pergi dari sini, aku lebih butuh mereka dari pada mama yang gak tau apa-apa!" ujar Al cukup menohok hati Rani.
Wanita itu membulatkan matanya, "Kamu bener-bener udah berani ya sekarang ngelawan mama!" Rani kembali mengalihkan pandangannya menatap sahabat Al. "Lihat! Karna ulah kalian semua, anak saya berani melawan saya sekarang! Kalian harusnya mikir, kalian udah jadi perusak hubungan saya dan anak saya!"
"Jangan pernah sangkut pautkan masalah keluarga kita dengan mereka!" ujar Al dengan penekanan di setiap katanya. "Bukan karna mereka, tapi karna mama. Aku gak ngerti, kenapa mama selalu menyalahkan orang lain." lanjutnya.
Saat Rani hendak menjawab perkataan Al, ponselnya berbunyi. Ia memutuskan untuk mengangkat telepon tersebut sedikit menjauh dari Al. Al menghela napasnya lalu memandang teman-temannya dengan di ikuti senyum palsu di sana. Tak lama Rani kembali.
"Mama harus pergi lagi sekarang, kamu cepat sembuh. Besok siang mama ke sini lagi," ujar Rani dengan matanya masih terfokus pada ponselnya.
"Gak perlu! Besok pagi aku udah keluar," balas Al.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONA (SELESAI)
Teen FictionKesakitan terhebat bukan karna broken heart, melainkan broken home. Luka terhebat adalah saat keluargamu tak kan pernah kembali utuh. Kesedihan terhebat adalah saat rumah yang seharusnya menjadi tempatmu pulang justru terasa asing. Kepedihan terheba...