62

354 27 4
                                    

Happy Reading❣
.
.
.
*****

"Gue gak ngerti Al, gue harus apa?"

"Gue...," Al menggantung ucapannya, gadis itu menghela napasnya, "iam, sorry."

Nantha menggelengkan kepalanya pelan, "Lo gak perlu minta maaf. Lo mau pulang kan? Yaudah kita pulang sekarang," ujar pemuda itu lalu meraih pergelangan gadis itu.

Selama perjalanan, mereka hanya bungkam tak ada yang ingin memulai pembicaraan, bahkan satu deheman pun tak keluar dari keduanya. Gadis itu masih memikirkan kata-kata Nantha dan perilakunya selama ini pada pemuda itu. Sedangkan Nantha yang memilih untuk memalingkan wajahnya memandang jalan, justru terukir senyuman tipis di bibirnya saat mengingat Al bertingkah seperti tadi. Apakah sebenarnya gadis itu sudah menyukainya? Pikirnya.

Sesampainya di hotel, Nantha mengantarkan Al sampai ke depat kamar hotel gadis itu. Tak ada yang membuka obrolan, keduanya sama-sama diam membisu. "Thanks," ujar gadis itu saat sudah sampai di sana, Nantha tersenyum Al pun masuk dan menutup pintu kamar itu dan Nantha memutuskan untuk kembali kekamarnya.

Saat baru saja pemuda itu ingin membuka gagang pintu, ponselnya berdering. Pemuda itu merogoh sakunya dan mengambil benda pipih itu. Ia menaikkan sebelah alisnya saat melihat sebuah nomor yang tak dikenal ada dilayar ponselnya. Pemuda itu enggan menerima panggilan tersebut dan memilih untuk merejectnya, tetapi tak lama ponselnya kembali berdering dengan memunculkan nomor telepon yang sama.

Pemuda itu memutuskan untuk menerima panggilan tersebut, baru saja ia ingin mendekatkan ponsel itu ke telinganya, tetapi sebuah suara sudah memekakkan telinga pemuda itu yang reflek membuatnya menjauhkan ponsel itu. "Kak Manda?" kata pemuda itu memastikan pada si penelpon sembari memasuki kamarnya.

"Iya lah, ini gue. Lo pikir siapa ha? Lo gak simpen nomor gue ya? Wah, parah sih nomor kakak sendiri gak di simpen! Durhaka lo!" ujar gadis yang menelponnya itu panjang lebar.

Nantha meletakkan ponselnya yang sudah di loadspeaker di atas kasur. "Bukan gak save, nomor lu kan baru. Gue belum sempat save tadi, buset lu kenapa bawel banget sih?"

"Yayaya. Sekarang ceritain sama gue, cewek yang tadi itu yang lo maksud?" tanya gadis yang di panggil Manda oleh Nantha.

"Iya. Gue gak tau gimana perasaan dia sebenernya sama gue. Kadang tuh dia bersikap seolah-olah gak tertarik sama gue, terus tiba-tiba kaya tadi, bingung gue ngadepin cewek," ujar pemuda itu lalu merebahkan tubuhnya setelah berganti pakaian.

"Kalo gue liat sih kayaknya dia udah suka sama lo, tapi dia gak sadar aja."

Nantha terdiam, "Ya kalo enggak suka ngapain dia musti bersikap kaya tadi? Padahal gue aja belum ngenalin diri loh ke dia," lanjit gadis itu.

"Iya sih," ujar Nantha menyetujuinya, pemuda itu mengacak rambutnya, "aah, terus gue harus gimana, kak?"

"Gini deh, gue bakal bantu lo. Besok gue share location ke lo, tugas lo bawa ke tempat yang gue suruh, jangan lupa dandan yang rapi."

"Ha? Buat apa?"

"Dih, bego banget adek gue, ya tembak dia lah, gue yang atur tempatnya."

"Gue udah beberapa kali tembak dia, tapi gak pernah dianggep serius."

"Ya lo coba sekali lagi. Kalo kali ini dia tetep nolak, ya saran gue lepasin aja dia. Cewek masih banyak, gak usah terpaku ke satu cewek," ujar Manda.

Lagi-lagi pemuda itu terdiam, mencerna nasihat yang kakaknya itu berikan. Apakah kah harus seperti itu? Jika kali ini Al tetap menolaknya, berarti usahanya usai? Ia harus merelakan gadis itu? Akankah dirinya bisa setelah perjuangan yang ia lakukan?

ALONA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang