Happy reading ❣️
.
.
.
*****Sepulang sekolah Al mampir terlebih dahulu ke sebuah toko buku langganannya, kali ini ia tak di antar oleh Vero, karena sedang ada rapat osis. Gadis itu berdiri di sebuah rak berisi novel-novel, melihat dengan seksama dan sesekali membaca beberapa bagian yang mungkin membuatnya bisa tertarik.
Saat asik memilih buku, ada seorang gadis kecil di sampingnya yang juga sedang memilih-milih buku, gadis kecil itu berjinjit saat ingin meraih buku yang terletak di rak yang lebih tinggi darinya. Al berjalan mendekatinya dan mengambil buku yang hendak gadis itu ambil, lalu menyerahkannya pada gadis kecil itu sembari berjongkok menyejajarkan tingginya dengan anak itu.
"Hai anak manis, kamu sendirian?"
Gadis kecil itu menggeleng. "Enggak, aku sama kakak. Itu dia di sana," katanya sembari menunjuk ke belakang Al. Ia pun menoleh mengikuti arah yang di tunjukkan oleh gadis kecil itu.
"Kamu suka horror?" Gadis kecil itu mengangguk semangat, "kamu enggak takut hantu?" Gadis itu menggeleng, "kenapa?"
"Kata kakak, hantu itu enggak ada. Mereka cuma dongeng," jawabnya dengan polos.
Al terkekeh sembari mengelus pelan kepala gadis itu. "Kamu umur berapa?" Ia mengangkat kedua tangannya sembari menunjukkan tujuh jarinya, "nama kamu siapa?"
"Nuna!" panggil seseorang dari arah belakang dirinya.
Seorang pemuda berjalan menghampiri gadis kecil yang di panggilnya Nuna tadi. Al pun mendongak menatap pemuda itu. Tatapannya terpaku, wajah itu terlalu familiar untuknya.
"Kakak, ini kakak aku. Kak Dami," kata Nuna sembari menunjuk ke arah pemuda yang di panggil 'Kak Dami' itu.
"Ah, dia kakak kamu." Al bangkit lalu mengulurkan tangannya kepada pemuda itu, "hai, gue Al, Alona."
"Gue Damian, panggil aja Dami atau sesuka hati lo," katanya sembari meraih uluran tangan itu. Al mengangguk paham.
"Nama kakak mirip sama nama Nuna," kata Nuna.
"Oh ya?"
Nuna mengangguk. "Nama Nuna itu, Aluna, tapi panggilannya, Nuna."
"Ah iya, mirip."
"Wajah kita juga mirip, sama-sama cantik."
Al terkekeh. "Masih cantik, Nuna dong," katanya sembari mencubit pelan pipi gembul Nuna.
Al kembali mengalihkan pandangannya ke pemuda yang sedang menatapnya bersama adiknya itu. "Emh, sorry ya, gue ngajak ngobrol adek lo."
"Enggak apa-apa kok, santai aja." Al mengangguk, "by the way, lo sering ke sini kan, ya?"
"Lumayan."
"Gue beberapa kali liat lo soalnya."
"Oh ya? Kok gue gak pernah liat lo ya?"
"Karna lo terlalu fokus sama dunia lo sendiri," kata pemuda itu.
Al diam, "Gue balik duluan ya, makasih udah jagain adek gue," katanya sembari tersenyum, "Yuk, Dek."
"Bye-bye kakak cantik, semoga kita ketemu lagi ya," ujar Nuna sembari melambaikan tangannya menjauh dari Al, gadis itu pun membalas lambaian tangan juga.
Gadis itu pulang dengan perasaan aneh, sesampainya di rumah ia melihat mobil Rani sudah terparkir di garasi. Tanpa lagi berpikir gadis itu segera keluar dan masuk ke dalam rumahnya. Ada Rani yang sedang berdiri di ruang tamu sembari menerima telepon, gadis itu hanya memandangnya sekilas, tanpa menyapa ia justru melenggangkan kakinya menaiki tangga. Namun, saat kakinya baru saja menginjak satu anak tangga, wanita paruh baya itu memanggilnya, menghentikan langkah kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONA (SELESAI)
Teen FictionKesakitan terhebat bukan karna broken heart, melainkan broken home. Luka terhebat adalah saat keluargamu tak kan pernah kembali utuh. Kesedihan terhebat adalah saat rumah yang seharusnya menjadi tempatmu pulang justru terasa asing. Kepedihan terheba...