"Elo!" ujar mereka bersamaan.
Orang itu segera mendorong tubuh Al menjauh begitu pun Al yang mencoba mendorong tubuh orang itu. Mereka mengusap seragam masing-masing, Al beranjak meraih tasnya yang masih tergeletak di atas tanah dan pergi dari tempat tersebut meninggalkan pemuda yang kini memandangnya aneh.
"Dasar cewek jadi-jadian!!" gumam orang itu ikut melangkah pergi.
Al berjalan santai melewati koridor sekolahnya yang sudah sepi, dengan earphone yang terpasang manis di telinganya. Matanya ikut terpejam mencoba lebih meresapi lagu yang ia dengarkan. Namun tanpa ia duga, sesuatu menghantam wajahnya yang membuat dirinya sedikit terhuyung ke belakang, matanya terbuka dan melihat seorang pemuda sedang menatapnya.
"Sorry gue gak sengaja," ujar Al meminta maaf dengan sebelumnya lebih dulu melepas earphone nya.
"Lain kali hati-hati," ujar pemuda itu, Al mengangguk.
"Eh, tunggu, kok lo masih di luar kelas?" tanya pemuda itu.
"Gue telat. Jalan macet, ada pak Tarno lagi bikin sulap di tengah jalan."
Pemuda itu terkekeh mendengar jawaban Al, yang membuat Al menaikan sebelah alisnya bingung.
"Ngapain lo ketawa? Gue gak lagi ngelawak tau."
Pemuda itu menggeleng kepalanya, "Enggak. Btw, gue Veroan Kenalt. Panggil aja Vero," ujar Vero memperkenalkan diri dengan mengulurkan tangannya, Al menatap sekilas lalu meraih uluran tangan tersebut.
"Gue Al. Alona Casandra," Vero mengangguk paham, lalu melepas uluran tersebut.
Mereka terdiam, tanpa mereka tau ada seseorang yang berjalan semakin dekat dengan mereka. Al sedikit mendelikkan wajahnya saat matanya menangkap kehadiran orang itu.
"Kayanya gue harus pergi. Perasaan gue kaga enak nih," ujar Al dengan pandangan matanya yang masih menatap lurus menuju belakang tubuh Vero membuat Vero menaikan sebelah alisnya bingung.
"Kenapa?" Al menggerakkan dagunya memberi isyarat kebelakang Vero, dengan perasaan bingung Vero pun menoleh ke belakangnya.
"G-gue cabut. Bye. See you," ujar Al lalu segera berlari pergi meninggalkan Vero yang masih membalikkan pandangannya.
Saat pandanganya berbalik menghadap Al, ia sedikit tertawa melihat gadis itu seolah ketakutan terhadap guru piket yang sedang berpatroli. Entah apa yang bisa membuat Vero bisa tertawa dan dengan sekejap berani mengajaknya berkenalan, ia hanya suka saja saat Al berbicara dengan santai.
Dia gak seburuk itu, kayanya dia lebih asik. Batin Vero lalu melangkah menjauh pergi untuk kembali ke kelasnya.
*****
Al melangkahkan kakinya berjalan menuju ruang kelasnya, jujur saja ia kesal kali ini, karna dirinya harus berjalan lebih jauh lagi untuk sampai di kelasnya. Yang seharusnya dirinya hanya melewati satu lorong lalu naik melewati tangga menuju kelasnya, kini ia harus memutar langkah karna pertemuan tak di harapkan dengan guru piket tadi. Ia berjalan sendiri melewati halaman belakang sekolahnya yang sepi, sangat sepi. Terlepas karna saat ini sudah jam pelajaran, halaman belakang sekolahnya memang jarang di lewati, hanya di gunakan untuk jalan membolos sekolah.
Masih berjalan santai dengan tangannya yang ia masukan kedalam saku hoodie abu-abu yang ia pakai, tak lupa dengan earphone yang masih menyumpal telinganya. Ia sampai di koridor paling belakang dan segera berjalan melewatinya tanpa resah sedikitpun. Saat langkahnya berbelok di belokan lorong, tanpa sengaja ia berpapasan dengan seseorang yang cukup membuat Al marah hanya dengan melihat wajahnya. Pandangan mereka bertemu sejenak, dengan tatapan malas ia tetap melangkah acuh. Sampai sebuah suara menghentikan langkahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONA (SELESAI)
Teen FictionKesakitan terhebat bukan karna broken heart, melainkan broken home. Luka terhebat adalah saat keluargamu tak kan pernah kembali utuh. Kesedihan terhebat adalah saat rumah yang seharusnya menjadi tempatmu pulang justru terasa asing. Kepedihan terheba...