Happy reading
.
.
*****"Tutup semua akses pintu keluar, dan hajar mereka semua!"
xxx
Ke lima remaja itu, mengendap-endap menjauh dari lorong dan kembali turun ke lantai satu. Namun, saat mereka baru saja menginjakkan kaki di lantai tersebut, dua orang pria menghalangi jalan mereka. Dengan pakaian serba hitam dan body yang gagah tegap, mereka sudah tau siapa orang-orang ini. Ke limanya saling pandang memberikan kode agar tetap santai dan tenang, Al yang berada di depan sedikit tersenyum.
"Sorry nih oom kita mau lewat, jadi bisa gak pada minggir? Ngehalangin jalan nih," ujar Al santai tentu saja hal itu membuat geram ke dua pria berbadan besar itu.
"Kalian gak akan bisa keluar dari sini!" tegas salah satu pria itu.
"Ohh, gitu ya oom," ujar Al. "Kalo gitu oom, maaf nih ya kalo saya kasar." Al sedikit menganggukkan kepala memberi kode kepada teman-temannya.
Al menyunggingkan senyumnya, lalu menendang salah satu selangkangan dari pria itu, membuat si empunya menjerit membungkuk menahan sakit. Sedangkan pria di sebelahnya terkejut dan memandang Al geram, saat pria itu hendak memukul Al, Rey lebih dulu menonjok wajah pria itu.
Ke lima remaja itu segera berlari menuju pintu keluar, namun belum saja mereka sampai ke pintu keluar, mereka kembali di hadang oleh penjaga-penjaga utusan ayah Kena. Dan perkelahian pun tak terelakkan, ke limanya mencoba untuk mempertahankan diri mereka masing-masing. Begitu pun Kena yang cukup lihai dalam perkelahian, itu karna semenjak kecil dirinya sudah di latih oleh sang ayah. Untuk Al jangan di tanya, biar pun ia hanya bisa menggunakan tangan kirinya, namun tenaganya cukup kuat untuk ukuran seorang gadis kecil.
Namun, saat Al sudah berhasil menghabisi satu lawan ada dua pria lagi yang menyerangnya, dan sayangnya Al tak mampu melumpuhkan ke duanya, dirinya lengah saat salah satu dari pria itu menendangnya dari belakang.
"Akh!" Tubuh Al limbung, dengan wajah yang babak belur, gadis itu di tarik paksa oleh salah satu pria yang sebelumnya menjadi lawannya, pria itu mengunci tangan Al ke belakang sedangkan pria yang lain menodongkan sebuah pistolnya ke pelipis Al.
"JIKA KALIAN TIDAK MENYERAH, MAKA SAYA YAKIN PELURU INI AKAN MENEMBUS KE KEPALA TEMAN KALIAN!" teriak pria itu membuat seluruh pandangan teralih kepada Al, dan saat mereka lengah mereka pun berhasil di lumpuhkan.
Al menganggukkan kepalanya kepada teman-temannya dengan di ikuti sebuah senyuman terukir di sana. Mereka tau arti isyarat itu, dan mereka yakin jika Al sudah memiliki sebuah rencana. Mereka mengangkat ke dua tangan, tanda menyerah. Mereka di bawa ke ruangan di lantai dua tepatnya adalah ruangan yang sebelumnya menjadi tempat pertemuan, mereka di duduk kan berjajar dengan tangan dan kaki yang di ikat, tak ada wajah ketakutan dari mereka semua, justru malah terpampang wajah meremehkan.
Prok. Prok. Prok. Prok. Prok.
Ayah Kena, Lionard, berjalan mendekati ke lima remaja itu dengan senyum liciknya. Ia memandang satu persatu dari wajah ke limanya, dan saat matanya tertuju kepada Kena putrinya, tatapannya berubah geram. Lionard mendekati putrinya dan tersenyum licik, lalu mencengkeram pipi Kena.
"Dasar bodoh! Kau di beri enak malah mau susah!" ujar Lionard tepat di depan wajah Kena, ada tatapan benci di mata Kena. Lionard menghempas cengkramannya, dan kembali berdiri di tempatnya semula.
"Kalian bocah ingusan, seenak melawan orang-orang terlatih! Kalian memilih lawan yang salah, anak-anak bodoh!"
"Lebih baik seperti itu, dari pada menuruti kata-katamu dan mengorbankan teman kami sendiri!" balas Al tak kalah tegas.
Tentu saja itu membuat Lionard geram, iya menyunggingkan senyum lalu berjalan menghampirinya. Lionard berjongkok menyejajarkan tubuhnya dengan Al, lalu...
Plak!
"AYAH!" teriak Kena spontan.
Sebuah tamparan keras baru saja mengenai pipi Al, gadis itu menunduk dengan ujung bibirnya yang terluka. Tentu saja itu membuat teman-temannya terkejut, tatapan marah terpancar dari setiap mata ke-empat remaja itu. Lionard menarik rambut Al kebelakang, di lihatnya Al dengan tatapan marah memandangnya, napasnya memburu tanda ia sedang menahan kemarahannya.
"Gadis cantik sepertimu harusnya memiliki mulut yang manis, benarkan? Tapi kenapa kata-kata yang keluar dari sana seperti tikus busuk yang tak berguna?" ujar Lionard.
"Ayah! Hentikan!" teriak Kena sembari berusaha melepaskan diri.
"Singkirkan tanganmu dari dia, bajingan tua!" teriak Ed geram.
Pandangan Lionard kini teralih pada Ed, ia menghempas cengkramannya pada rambut Al, membuat gadis itu tertunduk. Lalu berdiri dan merapikan pakaiannya, pria itu menghela napas.
"Kenapa bocah seperti kalian harus mempersulit jalanku!"
Lionard merogoh ke dalam jas yang ia gunakan, detik berikutnya sudah ada pistol berada di tangannya. Ia mengarahkan pistol itu kepada Ed, tepat di kepala Ed. Tentu saja Kena terkejut melihat itu, ia berusaha untuk melepaskan diri. Ia tak mau bajingan itu kembali membuatnya kehilangan teman-temannya.
"AYAH! JANGAN!" teriak Kena. "AYAH!!"
"Kau boleh diam jika tak ingin aku melubangi kepalanya," ujar ayah Kena.
"Ayah, aku mohon," ujar Kena sambil menundukkan kepalanya, terlihat jelas jika ia menahan air matanya agar tak terjatuh.
"Jika kau pintar, kau tak akan bicara sedikit pun!" Mendengar itu, Kena pun diam, tentu saja ia tak ingin membahayakan kembali teman-temannya.
Rey sedikit menggeser duduknya mendekat ke arah Kena, lalu membisikkan sesuatu yang membuatnya menghela napas lalu Kena mengangguk paham.
DOR!
*****
~Sahabat adalah dia yang tetap ada di saat kita sedih dan bahagia~
-ALONACASANDRA-
******
Jangan lupa vote+komen!
Dankjè
Greeting_Agatha❣️
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONA (SELESAI)
Teen FictionKesakitan terhebat bukan karna broken heart, melainkan broken home. Luka terhebat adalah saat keluargamu tak kan pernah kembali utuh. Kesedihan terhebat adalah saat rumah yang seharusnya menjadi tempatmu pulang justru terasa asing. Kepedihan terheba...