Happy Reading❣
.
.
.
*****Al kembali teringat ucapan Nantha yang berharap untuk mereka selalu bersama, dan ia juga sangat yakin jika itu semua tidak mungkin terwujud. Pergi atau tidaknya dirinya, keinginan itu tidak akan pernah terwujud.
FLASHBACK
Al membawa Nantha yang tengah pingsan kembali kerumahnya, dibantu oleh beberapa orang yang tak sengaja berlalu lalang di sekitar taman tadi. Setelah memastikan pemuda itu kembali dengan selamat, ia berniat untuk pulang sebelum seorang wanita paruh baya menghalanginya.
"Non Al, disini dulu aja. Ibu lagi keluar, mbok takut nanti mas Nantha nyariin Non. Soalnya dari semalem mas Nantha ngelindur, manggilin nama Non Al terus," jelas wanita itu yang Al kenal dengan Mbok Mi.
"Duh, mbok, saya sebenarnya ada urusan."
"Sebentar aja non, sampai mas Nantha nya bangun. Lagian di luar lagi hujan, mbok bikinin teh anget ya?"
Tanpa persetujuan Al, mbok Mi mendorong punggung Al untuk masuk lebih dalam kekediaman itu. Al duduk di kursi mini bar yang berhadapan langsung dengan dapur.
"Enggak usah repot-repot mbok, nanti kalau Al mau bisa bikin sendiri."
"Loh, mana bisa begitu? Wong, non Al kan tamu," kata mbok Mi dengan nada medhoknya.
Al diam lalu beranjak meraih baskom kosong dan mengisinya dengan air panas dan ditambah sedikit air dingin. "Ada handuk kecil nggak mbok?"
"Ada non, bentar mbok ambilin." Mbok Mi membuka salah satu laci dapur dan mengeluarkan satu helai handuk kecil dari sana, "buat apa non?" tanyanya sembari memberikannya pada Al.
"Ngompres Nantha. Al naik dulu ya, mbok."
Sesuai permintaan mbok Mi pada akhirnya Al memilih untuk tinggal sampai Nantha sedikit membaik. Tak berapa lama pula, pintu kamar itu terbuka lebar memperlihatkan seorang wanita paruh baya dan seorang gadis seusianya. Tentu saja kalian tahu siapa mereka.
Mereka masuk dengan terburu-buru, dan dengan sengaja Dara mendorong Al untuk menjauh dari sisi Nantha. Tentu saja ia tak bisa perotes, terlebih karena ia juga tidak ada hak untuk melarangnya mengkhawatirkan Nantha.
Al meraih ponsel dan kunci mobilnya yang ada di meja kerja Nantha, berniat untuk pergi. Toh, mamanya dan juga Dara sudah ada disana.
"Non Al mau kemana?" tanya mbok Mi.
"Pulang, mbok. Tante kan udah pulang, Dara juga ada jadi kayanya aku udah gak perlu lagi disini."
"Aehh, begitu ya? Ya udah kalau gitu non Al hati-hati, jangan ngebut-ngebut diluar masih ujan, jalanan licin."
"Iya mbok, Al pamit ya."
Namun, baru beberapa langkah gadis itu berjalan, sebuah panggilan menghentikannya. Gadis itu berbalik dan melihat mama Nantha yang berjalan menghampirinya.
"Ada apa tante?"
"Kamu ngapain disini?"
"Ah, tadi Nantha minta buat ketemu sama Al ditaman komple, tan, terus pas Al mau balik Nantha pingsan jadi Al bawa Nantha pulang," jelas Al.
"Kamu enggak tahu Nantha sedang sakit? Bisa-bisa malah ngajak Nantha keluar!"
"Al udah ngelarang Nantha, tapi dia kekeuh mau ketemu Al hari ini, tan."
Wanita itu menghela napas, lalu duduk di sofa ruang tamu, "Duduk, saya mau bicara serius."
Oke, Lagi-lagi ia gagal untuk pulang. Al menuruti perintah mama Nantha, ia duduk berhadapan dengan wanita yang entah sejak kapan mulai bersikap tak bersahabat padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONA (SELESAI)
Teen FictionKesakitan terhebat bukan karna broken heart, melainkan broken home. Luka terhebat adalah saat keluargamu tak kan pernah kembali utuh. Kesedihan terhebat adalah saat rumah yang seharusnya menjadi tempatmu pulang justru terasa asing. Kepedihan terheba...