Happy reading...
😘😘*****
Langit malam yang biasa terhias bintang kini gelap gulita, hanya awan hitam yang seakan mengisyaratkan jika malam ini langit akan memerangi bumi dengan peluru basahnya.
Al berjalan keluar dari cafe yang sebelumnya ia datangi. Ia menghentikan langkahnya di depan cafe tersebut. Kepalanya menengadah, melihat kearah langit yang kini terlihat murung. Tangannya mengulur maju, mencoba merasakan beberapa tetes air terjatuh di atas telapaknya.
"Kenapa tiba-tiba gerimis gini? Semoga aja gak hujan nanti," monolognya.
Al berlari kecil menuju ke tempat mobilnya terparkir, ia pun segera memasuki mobil lamborgini merah kesayangannya itu. Dan segera melesat pergi meninggalkan tempat tersebut.
Jam menunjukkan pukul 22.47 WIB. Tak biasanya ia memutuskan untuk pulang lebih dulu saat ia berkumpul dengan sahabat-sahabatnya. Tapi entah kenapa, ia merasa lelah dan ingin pergi ke suatu tempat yang mampu membuatnya nyaman dan tenang.
Di tengah perjalanan hujan pun turun cukup deras, sampai mampu menghalangi sebagian penglihatan Al yang kini tengah menyetir mobilnya. Saat mobil yang ia kendarai melaju melewati tikungan, tiba-tiba saja mobilnya berhenti.
Beberapa kali ia kembali mencoba menyalakan mobilnya, namun nihil, mobil itu tak sedikitpun bergerak mengikuti tuannya. Al memukul stir mobilnya kesal, ia memutuskan untuk turun dan melangkah menuju kap mobilnya. Tanganya mulai bergerak melihat mesin mobilnya itu, walaupun ia tak paham tentang mesin sedikitpun, yang ia bisa hanya cara mengganti ban mobil."Apanya lagi yang rusak. Ellah," gumamnya kesal.
"Ada yang bisa saya bantu mbak?" Tanya seseorang dengan tiba-tiba yang berhasil menbuatnya terkejut.
Bersamaan dengan itu, Al tak lagi merasa sesuatu yang jatuh melewati tubuhnya, ia menengadahkan kepalanya mencoba melihat apa yang berhasil mencegah air hujan itu melaju melewati tubuhnya. Sebuah payung di sana, tepat mengambang di atas kepala Al. Gadis itu mengalihkan pandangannya kearah sebuah tangan yang menggenggam gagang payung itu, matanya melihat mengikuti lengan sampai berhenti diwajah pemuda itu.
Ia tau wajah itu, wajah yang beberapa hari ini sering ia temui. Wajah yang menurutnya tampan, namun menyebalkan. Anantha. Pemuda menyebalkan yang beberapa hari ke belakang sering membuat mood Al turun."Elo," gumam Al dengan alis mengkerut. "Ngapain lo disini?"
"Gak sengaja lewat, terus liat ada cewek hujan-hujanan. Ya udah gue samperin, dan ternyata itu lo," jawab Nantha masih dengan payung yang ia bawa untuk melindungi mereka berdua. "Lo sendiri ngapain hujan-hujanan didepan mobil gini? Gila?" Mendengr pernyata itu, Al membulatkan matanya.
Nih cowo ngeselin banget sih. Matanya gak berfungsi apa gimana sih? Omel Al dalam hati.
"Mata lo buta? Udah jelas gue buka kap mobil, ya berarti mobil gue mogok lah. Dan apa lo bilang tadi? Gila? Enak aja bacot lo."
"Mobil bagus tapi masih bisa aja mogok," ledek Nantha
"Lo sebenernya ngapain sih disini? Kalo gak mau bantu ya udah pergi aja sono! Gue gak butuh bantuan lo! Udah, hus hus pergi sana," usir Al, Nantha menaikkan sebelah alisnya.
"Beneran nih gak butuh bantuan gue?"
"Gak!" jawab Al ketus, dengan wajahnya yang kembali ia alihkan menuju mesin mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONA (SELESAI)
Teen FictionKesakitan terhebat bukan karna broken heart, melainkan broken home. Luka terhebat adalah saat keluargamu tak kan pernah kembali utuh. Kesedihan terhebat adalah saat rumah yang seharusnya menjadi tempatmu pulang justru terasa asing. Kepedihan terheba...