Pagi ini, entah mengapa Al bangun lebih awal dari biasanya. Jam masih menunjukkan pukul 06.38 saat ia memarkirkan mobilnya di halaman sekolah. Ia keluar dari mobil dan melihat arloji putih yang bertengger manis di pergelangan tangannya, ia menghela nafas lalu mengeluarkan ponselnya dari balik saku bajunya dengan dirinya yang duduk di atas kap mobil.
Gadis itu mulai memainkan ponselnya, mengecek beberapa sosmed dan beralih menuju App musik, ia memasang earphone dan mulai memutarkan lagu dari ponselnya. Gadis itu mulai hanyut dalam lagu yang ia putar sampai tanpa ia sadari, Rey sudah berdiri di sampingnya. Rey menepuk pelan pundak Al, namun mampu membuat Al terkejut.
"Anjing! Bangsat!" teriaknya, Al memutar tubuhnnya, yang di balas gelak tawa oleh Rey.
"Bangsat! Ngagetin gue aja lo!" kesal Al, namun Rey masih tetap tertawa. "Baguss, ketawa aja terus sampe bunting! Gue doain keselek biji durian lo!" ujar Al menyumpah serapahi Rey, yang kini sudah menghentikan tawanya.
"Jahat banget lo doain gue keselek biji durian," balas Rey lalu ikut duduk di atas kap mobil Al.
"Tumben lo jam segini udah nangkring disini? Biasanya juga masih ngebo dirumah." Al memandang malas Rey sekilas lalu kembali sibuk dengan ponselnya, ia hanya menjawab dengan mengangkat bahunya.
Bersamaan dengan itu, tanpa sengaja Rey melihat balutan perban yang menutupi telapak tangan kanan Al, alisnya terangkat lalu meraih tangan Al.
"Kenapa tangan lo?" Detik itu pula Al menarik tangannya kembali.
"Gpp," jawab Al santai.
"Mana ada gpp, tpi diperban gitu?"
"Ada, nih buktinya," jawab Al sambil mengangkat tangannya ke depan wajah Rey. Rey berdecak pelan.
"Tangan lo kenapa?" tanya Rey lagi, namun kali ini terselip ke tegasan di dalamnya. Al terdiam, seolah berfikir keras alasan yang tepat. "Lo nyakitin diri lo lagi?"
Tepat sasaran. Al menghela nafas, "gue gak nyakitin diri gue, gue cuma ngehibur diri gue," ujar Al.
"Ngehibur lo bilang? Dengan cara kaya gini? Gila lo."
"Gue emang gila. Gila sama drama idup."
"Kalo lo ada masalah, lo bisa cerita ke gue, gue bakal dengerin cerita lo, tapi jangan nyakitin diri lo gini dong, Al. Lo punya gue, punya Jojo, dan yang lainnya juga buat ceritain masalah lo, jangan lukain diri lo lagi, Al, tolong."
Al hanya terdiam mendengar ucapan Rey, ia sendiri juga bingung dengan dirinya. Sering kali ia berjanji dengan teman-teman dan dirinya, untuk berhenti menyakiti diri sendiri, namun saat emosinya melonjak ia kembali tak bisa menepati janji itu. Saat seperti itu, ia merasa melampiaskan emosinya dengan melukai diri sendiri itu lebih baik, dari pada ia harus berdebat dan berakhir melukai orang lain.
"Woii! Rey, Al," sapa seseorang, tanpa niat untuk membalikkan tubuh pun Al dan Rey tau suara siapa itu. Orang itu berjalan mendekati mereka berdua.
"Tumben lo udah dateng Al?" Pertanyaan yang sama dengan yang sebelumnya ia dengar, Al memutar bola matanya malas.
"Lo gak ke rasukan kan, Al?" timpal Jojo yang langsung mendapat tatapan mematikan dari Al, yang ia balas dengan cengiran.
"Yang lain kemana sih? Lama banget."
"Bentar lagi juga nyampe, tunggu aja."
Tak butuh waktu lama mereka menunggu, 2 mobil yang sudah sangat mereka kenal terparkir mulus di samping mobil Al. Tak lama, 2 remaja itu keluar dari kendaraannya dan menghampiri Rey, Al, Jojo dan Ed yang sudah menunggu.
"Eh, lo udah dateng Al?" tanya Kena.
"Kaga, gue masih molor noh dirumah!"
"Lahh, terus ini siapa dong?" tanya Kena mulai bego. Al menghela nafas, sedangkan temannya yang lain menggelengkan kepalanya dengan kekehan kecil melihat ke begoan temannya satu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONA (SELESAI)
Teen FictionKesakitan terhebat bukan karna broken heart, melainkan broken home. Luka terhebat adalah saat keluargamu tak kan pernah kembali utuh. Kesedihan terhebat adalah saat rumah yang seharusnya menjadi tempatmu pulang justru terasa asing. Kepedihan terheba...