Happy Reading❣
.
.
.
*****"Nyatanya emang sejak kemunculannya, gue bukan lagi prioritas buat dia," gumamnya. Pandangannya jauh menerawang langit malam yang dipenuhi bintang, tak seperti perasaannya saat ini.
Cklek!
Al menoleh, "Makan yuk." Ajak pemuda yang kini berdiri di ambang pintu kamarnya.
"Duluan aja, nanti gue nyusul."
"Ada bokap nyokap juga, gue gak mau dengerin mereka ngomel-ngomel gara-gara lo susah diajak makan bareng."
Setelah menghela napas, gadis itu akhirnya pun bangkit dan berjalan beriringan dengan Rey menuju ruang makan. Keluarga itu makan dengan tenang, hanya terdengar suara dentingan antara sendok dan piring yang saling beradu. Hingga saat dirasa semua anggota keluarga itu sidah selesai dengan makanannya, Sam mulai membuka suaranya.
"Hasil test kalian sudah keluar." Laki-laki itu menyerahkan dua amplop berwarna coklat kepada kedua anaknya itu.
"Walaupun papa tahu kalian pasti akan lulus, tapi jangan sampai kalian berbangga diri dengan hasil sekarang, mengerti?"
"Baik, Pa," jawab keduanya sesaat setelah membaca hasil test yang menyatakan bahwa keduanya lulus.
"Oh iya, karena hasil test kalian keluar lebih cepat dari yang diperkirakan, keberangkatan kalian juga akan di majukan," timpal Rani.
"Loh, gak bisa gitu dong ma."
"Kenapa? Bukan kah disekolah kalian sudah selesai ujian? Apa alasannya kalian mau lebih lama disini?"
"Tapi Al masih mau main sama temen-temen Al."
"Kamu masih bisa main dengan mereka, Al, kalian akan berangkat 2 minggu lagi. Gunakan sisa waktu disini sesuka kalian, besok mama dan papa akan kembali ke Itali. Kami akan tunggu kalian disana," sahut Sam.
"Kita enggak berangkat bareng?" tanya Rey.
"Tidak, papa harus segera mengurus perusahaan disana. Jadi, sebagai kakak selama kami enggak ada jaga Al baik-baik, mengertikan Rey?"
"Enggak papa suruh pun aku bakal jagain Al sebaik mungkin."
"2 minggu sudah lebih dari cukup, Al. Kamu juga harus punya cukup banyak waktu untuk beradaptasi di sana nantinya," kata Rani mencoba memberi pengertian untuk gadis itu.
Ia menghela napas, "Baiklah."
Obrolan mereka selesai, setelah meletakkan piring-piring ke dapur Al memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Dua minggu kedepan harus ia habisnya untuk teman-temannya. Ia masuk kekamarnya dan merebahkan diri diatas kasur empuknya.
Al meraih ponselnya dan memberitahu Jojo dan Kya bahwa keberangkatannya akan di percepat. Lagi-lagi ia menghela napas, sungguh berat rasanya harus meninggalkan teman-temannya. Gadis itu mengangkat tangannya ke langit-langit melihat sebuah cincin yang masih melingkar di jari manisnya, pemberian Nantha saat mereka di paris.
Ia tersenyum kecut, rasanya baru kemarin mereka tertawa bersama, tapi saat ini justru hubungan mereka entah akan menjadi seperti apa. Bahkan sampai kini Nantha tak lagi mengiriminya pesan. Gadis itu melepas cincin pemberian Nantha dan meletakkannya di dalam laci nakas tempat tidurnya. Tangannya beralih meraih kotak berwarna maroon yang berisi gelang dan kalung pemberian Vero.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONA (SELESAI)
Teen FictionKesakitan terhebat bukan karna broken heart, melainkan broken home. Luka terhebat adalah saat keluargamu tak kan pernah kembali utuh. Kesedihan terhebat adalah saat rumah yang seharusnya menjadi tempatmu pulang justru terasa asing. Kepedihan terheba...