16

3.3K 158 0
                                    

Happy reading

***

"Kalo gak niat, gak bakal gue mau jauh-jauh dateng ke rumah lo ini," ujar Rey sinis membuat Al hanya memutar bola matanya.

"Lagian lo juga ngapain sih, sok-sokan ngurung diri gini. Mana bikin kamar kaya kapal pecah lagi," sahut Kya. Tak ada jawaban, Al justru malah memalingkan wajahnya ke tempat lain.

Sedangkan Rey yang masih telaten mengobati Al memilih diam-diam memandangnya, ia beralih melihat tangan kanan Al yang sebelumnya terbalut perban putih, dan kini berubah merah. Rey berdecak pelan yang masih mampu di dengar oleh Al, ia mengalihkan pandangannya kearah Rey dan ikut melihat apa yang kini Rey lihat.

"Berapa kali lo nonjok tembok?" tanya Rey datar. Al mengangkat bahu acuh. Rey menarik tangan tersebut lebih dekat dengannya dan mulai melepas perban merah berlumur darah itu dengan perlahan.

Ed dan Jojo hanya saling pandang melihat dua orang sahabatnya itu. Yang satu si cewek gila yang bisa ngelakuin apapun walaupun nyawanya terancam. Dan yang satu si cowok pengecut yang gak pernah berani bilang perasaan yang sudah lama tumbuh, memilih diam tanpa kata.

"Astaga Al, itu tangan udah gak bentuk tangan tau gak," ujar Kena yang terkejut sekaligus ngeri melihat luka Al.

"Gak sakit apa kaya gitu terus? Ngelukain diri mulu," timpal Jojo malas. Ya, dia sangat malas dengan adegan seperti ini. Dari SMP dia berteman dengan Al, tapi sifatnya yang suka melukai diri sendiri tidak pernah berubah.

"Hati gue lebih sakit Jo," balas Al pelan, membuat semua orang yang ada di ruangan tersebut menatapnya.

"Kenapa gak lo ikhlasin aja sih perceraian orang tua lo ini?" tanya Ed yang langsung mendapatkan tatapan tajam oleh Al.

"Apa lo bilang?! Ikhlasin? Lo bisa gak ikhlasin nyokap lo, lo bisa gak ikhlasin kelakuan bokap lo yang kaya gitu?! Bisa gak?!!" ujar Al tajam, membuat seluruh ruangan bungkam menatapnya ngeri.
"Jangan nyuruh gue ikhlasin keluarga gue, kalo lo sendiri gak bisa lakuin itu!" lanjut Al.

Hening. Mereka memilih bungkam, dengan tatapan tajam yang tertuju pada Ed. Tanpa Ed duga, Jojo langsung meluncurkan tangannya untuk menjitak kepala Ed keras, membuat si empunya memekik kesakitan.

"Sakit gebleg," keluh Ed sambil mengusap kepalanya.

"Bacot lu di saring dulu bego, lu mau liat Al ngamuk lagi?" ujar Jojo kesal dengan sahabatnya yang satu ini.

"Ck. Iya-iya, Sorry deh."

*****

Vero melangkahkan kakinya santai melewati koridor sekolahnya, ia sengaja melewati kelas XI IPA2 setelah dari perpustakaan. Ia sedikit memperlambat laju langkahnya dan mencoba melirik ke dalam kelas saat dirinya melewati kelas itu, namun entah kenapa hatinya merasa aneh saat ia tak menemukan gadis yang sedang di carinya. Ia pun menghela nafasnya, dan mempercepat kembali langkahnya untuk sampai di kelasnya sendiri.

Ia membelokan langkahnya dan masuk kedalam kelasnya, lalu berjalan menuju tempat duduknya. Seperti kebiasaanya, ia mengeluarkan sebuah novel karya penulis favorit nya 'Boy Candra'.

"Dari mana lo?" tanya Nantha tiba-tiba.

"Perpus," jawab Vero santay.

"Balik sekolah ke cafe kuy," usul Kio dengan senyum lebar ciri khasnya.

"Mau ngapain?"

ALONA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang