14

3.4K 166 0
                                    

Happy reading

*****

Bersama keheningan malam gadis itu duduk sendirian di bangku yang tersedia di sebuah taman, pikirannya terus melayang memikirkan banyak hal, jujur saja itu membuatnya seakan-akan ingin pergi jauh dari dunia.
Taman ini cukup mampu menenangkan pikirannya, mampu memberikan ketenangan tersendiri untuknya, pemandangannya pun cukup menarik dengan hiasan lampu di air mancurnya, membuatnya seakan-akan mengeluarkan warna-warni yang cukup indah.

Gadis itu menengadahkan kepalanya, memandang ke atas, seakan-akan pandangannya mampu menembus langit malam. Ia menutup matanya perlahan, mencoba merasakan angin malam yang berhembus perlahan menyapu indra perasanya.
Hawa yang sebelumnya dingin kini berubah menghangat, aneh memang, gadis itupun merasakan sebuah sentuhan mengenai bahunya.

"Ngapain sih di depan air mancur malem-malem? Gak takut masuk angin?" Suara bariton itu berhasil membuyarkan bayangannya, membuatnya tersadar dan kembali membuka matanya.

Saat matanya kembali terbuka, yang pertama kali ia lihat adalah seorang pemuda yang beberapa hari ini masuk ke dalam hari-harinya. Al memandang pemuda itu terkejut, lalu beralih melirik bahunya yang di sana sudah bertengger sebuah jaket menutupi punggungnya.

"Lo ngapain di sini?" tanya Al.

"Jalan-jalan malem," jawab pemuda itu.

"Nee, maksud gua ngapain lo ke tempat gue duduk sekarang?" tanya Al kembali memperjelas maksud dari pertanyaannya. Pemuda itu menaikkan sebelah alisnya.

"Kenapa emang? Gak apa-apa kan gua nyamperin orang yang gue kenal, apalagi dia lagi ngelamun di depan air mancur malem-malem gini, takutnya kerasukan aja," jawab pemuda itu.

"Boleh gua duduk?" lanjutnya.

"Sure," jawab Al singkat, pemuda itu pun duduk di samping Al.

"Lo sering jalan-jalan malem ke sini?" tanya Al, pemuda itu menggeleng.

"Enggak, ini pertama kalinya."

"Gua baru balik dari cafe, terus gak sengaja liat mobil lo ke parkir di pinggir jalan. Karna gua kepo, jadi gue ke sini deh," jelasnya, membuat Al berdecak.

"Dasar lo, paparazi," ketusnya dengan raut malas, yang di tanggapi kekehan oleh pemuda itu.

"Lo sendiri dari mana? Kok masih pake seragam? Lo belom balik? Padahal udah malem gini." Serentet pertanyaan yang pemuda itu keluarkan.

"Nanya satu-satu pak. Sumpah deh, lu cocok jadi paparazi," ujar Al malas. "Ya emang gua belum balik, kenapa emang?" lanjutnya.

"Pertanyaan gua banyak perasaan, kenapa cuma di jawab satu?"

"Yang lainnya gua tabung, biar gua kaya," ujar Al tanpa memandang pemuda itu.

"Bisa ya kaya karna pertanyaan?"

"Bisa, gua yang bisain," jawab Al, yang di balas gelak tawa oleh Nantha.

"Hemm, terus kenapa lo belum balik? Gak di cariin sama nyokap lo?" tanya Nantha, Al memandang Nantha sekilas, lalu menggeleng.

"Nggak."

ALONA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang