Happy reading ❣️
.
.
.
*****Sore pun menjelang, kini Al sudah berada di kediaman Vero dan tentu saja Vero pun juga ada di sana. Setelah puas bermain dengan Elang -adik Vero- Al memilih untuk bersantai di taman belakang rumahnya di temani Vero. Gadis itu diam memandang ke arah kolam ikan milik keluarga Vero.
"Kamu kenapa?"
Al memandang pemuda itu. "Enggak apa-apa."
"Kalau ada masalah cerita, kalaupun aku gak bisa bantu nyelesaiin masalahmu, setidaknya kamu nggak merasa terbebani," kata Vero yang membuat Al menyunggingkan senyumnya.
"Gue gak apa-apa," balas Al.
"Ya udah, aku tunggu sampai kamu mau cerita." Al tersenyum.
"Ngomong-ngomong, kamu sampai kapan tinggal di rumah Almarhumah Oma?" Al memandang Vero sejenak, lalu mengalihkan pandangannya dengan mengangkat kedua bahunya.
"Oya, gimana keadaan mamamu?"
"Baik-baik aja. Dia juga ada calon suaminya yang nemenin," jawab Al.
"Kamu gak mau nemenin mamamu?"
Tanpa jawaban, gadis itu hanya terus memandang lurus ke depan dengan mengulum senyumnya. "Sebenernya, mama nyuruh gue buat balik ke rumah. Tapi gue bingung," kata Al.
"Bingung kenapa?"
"Haruskah gue iyain?" tanta Al sembarang memalingkan wajahnya menatap Vero.
"Gini, aku rasa lebih baik kamu turutin maunya mama. Mungkin mama emang ngerasa bersalah, lagian juga kamu udah lama pergi dari rumah. Kasihan mama kamu 'kan," ujar Vero.
"Entahlah, gue ngerasa mama gak akan berubah."
Vero tersenyum lalu mengusap rambut Al. "Mama mu akan berubah sedikit demi sedikit, dan kamu juga harus ikhlas dengan semua yang udah terjadi. Itu yang nanti akan ngebuat kalian baik-baik aja."
"Susah, Ver."
"Perlahan, Sayang. Kamu pasti bisa ngelewatin itu semua," katanya sembari menarik gadisnya ke dalam pelukannya.
Dalam diam gadis itu tersenyum. "Makasih ya."
Tak lama, Al memutuskan untuk pulang dari rumah Vero. Ia pun beranjak mencari bunda Vero dan juga Elang pastinya untuk berpamitan, dan saat ia sedang menaiki tangga menuju kamar Elang, entah kenapa tiba-tiba saja pandangannya menjadi kabur dan kepalanya pun menjadi pusing. Tangannya meraih pagar tangga, dan tubuhnya pun mulai tak seimbang, bersyukur ada Vero yang ada di belakangnya.
"Kamu kenapa?"
"Enggak tau, pusing tiba-tiba."
"Kamu sakit? Aku anterin aja ya," kata Vero.
"Enggak apa-apa, gue bisa balik sendiri. Mendingan lo anterin gue pamit ke bunda sama Elang."
Merekapun berjalan ke kamar Elang dengan Vero yang menggandeng tangan Al. Setelah bertemu dan berpamitan dengan bunda Vero, gadis itu beranjak keluar rumah dan bergegas untuk pulang ke rumah Omanya.
*****
Di tempat lain, Rey tengah membereskan barang-barang yang harus ia bawa untuk ikut tinggal bersama papanya. Orang tuanya memang berpisah, tapi berbeda dengan teman-temannya yang lain, ia justru cukup santai menanggapi perceraian keduanya. Namun, tetap saja ada rasa sakit yang mengganjal di dadanya.
"Sudah selesai?" tanya seseorang yang tiba-tiba saja masuk ke dalam kamarnya. Rey pun menolehkan kepalanya.
"Sedikit lagi," jawab Rey.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONA (SELESAI)
Teen FictionKesakitan terhebat bukan karna broken heart, melainkan broken home. Luka terhebat adalah saat keluargamu tak kan pernah kembali utuh. Kesedihan terhebat adalah saat rumah yang seharusnya menjadi tempatmu pulang justru terasa asing. Kepedihan terheba...