Happy reading ❣️
.
.
.
*****"Yes, I will!"
Tepuk tangan meriah pun terdengar dengan sorak-sorakan dari para siswa tersebut, senyum senang bercampur lega pun terpancar dari wajah Vero. Pemuda itu segera bangkit lalu memasangkan kalung liontin tersebut ke leher Al. Teriakan histeris dari kaum hawa yang iri dengan posisi Al pun kembali terdengar sangat kencang.
Tanpa Vero tau, gadis yang ada di depannya itu sedang menahan dirinya agar tidak limbung ke tanah. Entah kenapa, tiba-tiba saja tubuhnya lemas dan kepalanya pun pusing dan saat Vero telah selesai memasangkan kalung itu, kesadarannya mulai menghilang. Al menjatuhkan dirinya ke pelukan Vero yang dengan sigap di tangkap oleh pemuda itu, sama seperti Vero teman-temannya pun sama terkejutnya, merekapun segera berlari ke tengah lapangan tempat Al dan Vero berdiri.
Seketika itu juga sorakan dan kehisterisan dari seluruh siswa terhenti, berganti dengan keterkejutan melihat Al yang tiba-tiba saja pingsan itu.
Vero menepuk pelan pipi Al namun gadis itu masih saja diam, dan kini teman-teman dari ke duanya pun sudah mendekat ke tengah lapangan.
"Bawa ke UKS bego!" sentak Rey yang kesal melihat Vero hanya menepuk-nepuk pipi Al pelan. Pemuda itu mengangguk, dan segera menggendong gadis yang beberapa menit lalu sudah resmi menjadi kekasihnya itu ala bridal style.
Vero menggendong Al dengan sedikit berlari menuju UKS dengan di ikuti teman-temannya di belakang mereka. Sesampainya di sana Vero segera merebahkan Al di atas kasur, dan segera mencari pengurus piket yang harusnya ada di sana namun tak ia temukan. Pemuda itu menggeram kesal, dengan inisiatifnya sendiri ia meraih minyak kayu putih dan meletakkannya di depan hidung Al, agar gadis itu terpancing untuk sadar.
Ruangan itu penuh dengan teman-teman mereka sampai dokter sekolah mereka datang dan meminta mereka untuk keluar dari ruang UKS, menyisakan dokter itu, Vero dan juga Al. Dokter itu segera memeriksa keadaan gadis yang msih tak sadarkan diri itu, setelah sudah memeriksanya dengan pasti dokter itu mengajak Vero untuk ke ruangannya untuk berbicara.
"Jadi gimana, dok?"
"Dia baik-baik saja, hanya saja sepertinya dia kurang istirahat dan banyak pikiran itu yang membuat kondisinya drop, di tambah lagi sepertinya ia juga belum makan sama sekali, mungkin sudah dari kemarin," jelas dokter itu.
"Terus gimana, dok?"
"Dia cuma butuh cukup istirahat dan kalau bisa setelah siuman nanti kamu beri dia makanan agar tubuhnya lebih fit lagi."
Vero sedikit bernapas lega karna tak ada hal serius yang menimpa kesehatan Al, namun satu yang mengganjal pikirannya, kenapa gadis itu tak menceritakan apapun semalam? Padahal mereka chating sampai larut malam.
Pemuda itu keluar ruangan dan duduk di kursi yang ada di samping ranjang Al. Pemuda itu memandang Al sendu lalu mengusap lembut wajah Al yang masih tertidur. Menit berikutnya teman-teman Al masuk, dan mulai memberondongi pertanyaan pada Vero.
"Gimana keadaannya?"
"Dia gak apa-apa kan?"
"Gak parah kan?"
"Kenapa tiba-tiba pingsan sih?"
"Gak biasanya dia gini."
Vero berdecak, "Lo semua kalo gak bisa diem mending keluar!" ujar Vero yang mulai kesal.
"Kalem bro! Kita cuma khawatir sama sahabat kita," balas Jojo.
Rey menatap Vero tajam begitupun sebaliknya, pemuda itu tau bahwa sebenarnya Rey memendam rasa sepihak pada Al dan ia tak ingin sampai pemuda itu mengambil gadisnya darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONA (SELESAI)
Teen FictionKesakitan terhebat bukan karna broken heart, melainkan broken home. Luka terhebat adalah saat keluargamu tak kan pernah kembali utuh. Kesedihan terhebat adalah saat rumah yang seharusnya menjadi tempatmu pulang justru terasa asing. Kepedihan terheba...