Happy reading
.
.
.*****
Di sekolah, Nathan dan ke tiga temannya tengah duduk di kursi kantin. Jam menunjukkan pukul 8 saat seorang guru piket mengumumkan bahwa kelasnya free class sampai jam istirahat tiba. Tentu saja itu cukup membosankan bagi mereka, apa yang akan mereka lakukan selama empat jam ke depan.
Ia teringat seseorang, gadis yang akhir-akhir ini bercampur dalam kehidupannya. Ya, Alona Casandra. Gadis yang penuh misteri bila kata Nantha. Ia cukup tertarik dengan gadis itu, sejak dirinya membawa Al ke rumahnya tempo hari.
Ia memutuskan untuk mengirim gadis itu sebuah pesan, berhubung dia dengar gadis itu sedang berada di rumah sakit, jadi menurutnya itu bisa untuk menjadikannya sebuah alasan. Setelah pesannya terkirim, menit berikutnya ponselnya berdenting pertanda pesan masuk, dengan segera ia membuka pesan tersebut. Dan benar saja, itu adalah balasan dari Al.
Ia beberapa kali tersenyum saat membaca pesan tersebut, tak jarang pula ia mengerutkan keningnya dan terlihat kesal. Itu cukup membuat teman-teman yang melihatnya heran.
"Lo kenapa, Nan?" tanya Kio.
"H-ha? Gak apa-apa," jawab Nantha, Kio menaikkan sebelah alisnya.
Beberapa menit kemudian, Nantha seolah-olah senang setelah membaca pesan dari ponselnya. Lalu segera merapikan barang-barangnya dan pergi meninggalkan ke tiga temannya yang di buat bingung olehnya.
"Gaes, gue balik duluan ya."
"Mau kemana, nyet?" tanya Reno.
"Jemput nyokap," jawab Nantha sambil berlalu pergi.
Nantha segera menjalankan mobilnya pergi dari lingkungan sekolah, tak berapa lama kendaraannya sudah berbaur dengan kendaraan lain.
Tepat jam 9 ia sampai di sebuah rumah sakit tempat di mana Al di rawat, setelah mendapat perizinan dari gadis itu ia segera menuju ke rumah sakit itu untuk bertemu dengannya. Namun, saat dirinya sampai di kamar Al, ia melihat seorang laki-laki tengah duduk di samping ranjang gadis yang tengah terlelap itu.
Nantha mengetuk pintu pelan, laki-laki itu menoleh."Temennya Al?" tanya pemuda itu yang di balas anggukan oleh Nantha. "Masuk aja, kenalin gue kakak sepupu Al. Panggil aja kak Dion," sapa Dion dengan mengulurkan tangannya.
Nantha meraih uluran tangan tersebut, "Oh, gue Nantha, kak." Dion mengajak Nantha untuk duduk di sofa tamu.
"Sorry ya, pas lo dateng malah dia lagi tidur."
"Nggak apa-apa kak."
"Lo sekelas sama Al?"
"Nggak kak, kelas kita sebelahan." Dion menganggukkan kepalanya.
"Kita belum pernah ketemu ya sebelumnya."
"Belum kak, gue baru beberapa minggu ini kenal sama Al."
"Oh gitu." Dion memeriksa ponselnya yang sedari tadi berbunyi, lalu keluar kamar untuk mengangkat telponnya. "Gue tinggal bentar ya," ujarnya, Nantha mengangguk.
Melihat Dion keluar kamar, Nantha berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati ranjang Al, lalu duduk di kursi samping ranjang tersebut. Nantha memandang wajah damai gadis yang ada di depannya, seolah tak memiliki sedikit beban pun dan sebuah misteri itu hilang.
Cantik. Batinnya.
Cklek.
Pintu terbuka membuat reflek Nantha menoleh ke sumber suara, memperlihatkan Dion dengan tergesa-gesa masuk kembali ke kamar tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONA (SELESAI)
Teen FictionKesakitan terhebat bukan karna broken heart, melainkan broken home. Luka terhebat adalah saat keluargamu tak kan pernah kembali utuh. Kesedihan terhebat adalah saat rumah yang seharusnya menjadi tempatmu pulang justru terasa asing. Kepedihan terheba...