23

2.6K 118 1
                                    

Happy reading ❣️
.
.
.
***

Al meregangkan otot-otot tubuhnya yang di rasa kaku lalu menerjabkan matanya perlahan, mencoba memfokuskan pandangannya untuk kembali melihat kehidupan yang berbanding terbalik dengan mimpi-mimpinya.

"Akhirnya si putri tidur bangun juga," ujar seseorang, membuat Al menoleh ke samping asal suara tersebut. Matanya membulat terkejut.

"Elo!"

Pemuda itu tersenyum menunjukkan deretan gigi putihnya, "Iya, gue."

"Lo ngapain di sini?" tanya Al, pemuda itu membantu Al untuk duduk.

"Nemenin lo, lah."

"Sejak kapan?"

Ia memandang arloji yang melingkar di pergelangan tangannya, "Emm, 6 jam," jawab pemuda itu santai, yang membuat Al semakin terkejut.

"Tha?"

Ya, pemuda itu Nantha. Manusia yang beberapa minggu merecoki kehidupan Al, manusia yang beberapa jam lalu dengan santainya mengirim pesan dan berkata akan menemuinya, manusia yang selalu Al pikir gila, tidak waras dan sedikit tidak sopan.

"Lo serius? 6 jam? Di sini, ngapain aja?" tanya Al tak percaya.

"Gak guna juga gue bohong sama lo, Al. Kalo masih gak percaya, tanya aja sama kak Dion."

Al menghela napasnya, "Terus, mau lo apa?"

Nantha mengangkat ke dua bahunya, "Gak tau, gue cuma mau nemenin lo aja." Al menaikkan sebelah alisnya.

"Kalo gak mau ngapa-ngapain, mending lo pulang."

Nantha menggeleng, "Enggak mau, gue mau nemenin putri tidur sampai dia tidur lagi. Abisnya ngeliat dia tidur tuh adem bawaannya, lucu gitu," ujar Nantha dengan terkekeh. Al memutar bola matanya, ia tau siapa yang baru saja Nantha bicarakan.

"Tangan lo masih sakit?" tanya Nantha sambil menunjuk ke arah tangan Al yang masih berbalut gips.

"Lumayan sih," jawab Al.

Nantha mengeluarkan sebuah sterofom dari kantung plastik yang ada di atas meja. Ia membuka sterofom itu dan terlihatkan sebuah makanan di dalamnya. Al yang masih memainkan ponselnya tak menyadari jika Nantha sudah siap dengan sendok yang berisi nasi dan lauk.

"Al, buka mulut lo," titah Nantha.

"Buat apa?" tanya Al yang masih fokus ke layar ponselnya.

"Buka aja deh sambil hadap sini."

"Ngapain sih?!"

"Udah deh, lakuin aja."

Al berdecak kesal, lalu membuka mulutnya sambil menoleh ke arah Nantha. Betapa terkejutnya ia, saat sesuatu masuk ke dalam mulutnya, matanya membulat lalu memandang Nantha yang kini tengah tersenyum. Nantha menarik kembali sendok tersebut setelah makanan yang tadinya ada di sana sudah berpindah ke mulut Al.

"Kak Dion bilang, lo dari pagi belum makan. Malah ke enakan tidur, jadi ini tadi pesen dari kakak lo, buat ngasih lo makan," jelas Nantha.

"Bilang kek. Gak usah lo suapin juga gue bisa makan sendiri," ujarnya setelah berhasil menelan makanannya.

"Yakin? Tangan masih di gips gitu," balas Nantha sambil melirik ke tangan kanan Al yang masih terbalut gips. Al memutar bola matanya malas, "Jadi, biar gue yang nyuapin lo."

Al hanya diam menurut, karna memang benar dengan kondisi tangannya yang masih seperti ini, tidak mungkin ia bisa memakan makanannya sendiri. Namun, kenapa harus Nantha? Kenapa harus manusia mengesalkan ini? Kenapa kakaknya tidak menghubungi Jojo atau Rey saja, bisa-bisa Al benar-benar kehilangan kesabarannya jika bersama manusia gila ini.

ALONA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang