11

4K 194 3
                                    

Hampir satu jam mereka berada dalam perjalanan, untung saja hari ini tak begitu macet dan mempermudah perjalanan mereka. Vero memarkirkan mobilnya di parkiran, belum selesai Vero mematikan mobil, gadis yang sebelumnya duduk di sampingnya kini sudah menghilang turun dari dalam mobil meninggalkan Vero yang menggelengkan kepalanya melihat tingkah gadisnya itu.

Apa? Tunggu? Gadisnya? Vero terkekeh memikirkan kata-kata itu. Ia memutuskan untuk ikut turun dan berjalan mendekati Al yang kini terdiam di depan gerbang tempat tersebut. Al menoleh kearah Vero sesaat setelah Vero sudah ada di sampingnya, dengan alisnya yang terangkat sebelah, seolah-olah ia bertanya 'lo ngapain bawa gue ke tempat kaya gini?'.

Vero tersenyum lembut lalu meraih tangan Al dan menariknya masuk ke dalam tempat tersebut, namun baru beberapa langkah Al menghentikan langkahnya, membuat Vero pun terhenti.

"Ngapain sih ke pasar malem gini? Kaya anak kecil banget," keluh Al dengan wajahnya yang di tekuk. Vero terkekeh, lalu menyejajarkan wajahnya dengan wajah Al.

"Karna cuma tempat ini yang bisa ngebuat lo kembali tertawa," jawab Vero lalu mengacak pelan rambut Al, dan kembali menggandeng tangan Al.

Al cukup kesal dengan ini semua, rasa bosannya pun mulai hadir, sedari tadi ia hanya mengikuti ke mana pun Vero menariknya. Dan sekarang ia berada di salah satu stand lempar kaleng, dengan bosan ia menunggu Vero yang sedang bermain di sana, namun tak ada satu pun bola yang Vero lempar mengenai kaleng-kaleng tersebut. Rasa kesalnya semakin menjadi, ia berdecak lalu menepuk keras pundak Vero.

"Ah ellah, payah banget sih lo, gini aja gak bisa. Sini biar gue aja yang main! " ketusnya, namun mampu membuat Vero tersenyum tipis. Ia memberikan bola-bola yang tersisa kepada Al dan memundurkan tubuhnya memberikan ruang Al untuk bermain. Dan...

Brak. Crang crang crang

Satu tembakan berhasil meruntuhkan kaleng-kaleng tersebut, Al tersenyum lebar saat lemparannya tepat sasaran.

"Yesss!!! Kenaa, wuuuu!" teriaknya girang membuat Vero tersenyum melihat Al tertawa.

Al menerima sebuah boneka panda sebagai hadiah kemenangannya, dengan senang hati ia menerimanya, tak lupa dengan senyum yang masih terukir di bibirnya. Al berbalik menghadap Vero yang masih tersenyum melihat Al, begitupun Al yang juga tersenyum sambil menunjukkan boneka panda itu kepada Vero.

"Gue dapet boneka panda nih. Tau aja si abangnya kalo gue suka panda," ujarnya sambil memeluk boneka panda berukuran sedang itu.

Vero masih memandang Al, seolah-olah wajah Al adalah keindahan tuhan yang tak boleh untuk di lewatkan. Melihat Vero yang masih terdiam, dan malah memandangnya ia berdecak lalu memukul lengan Vero.

"Lo ngapain jadi liatin gue gitu sih? Nafsu? " tanya Al blak-blakan tanpa sensor. Vero menggeleng pelan.

"Tetep tersenyum Al, lo lebih cantik kalo senyum lo itu ga pernah ilang dari wajah lo. Dan gue harap, suatu saat nanti gue adalah salah satu alasan untuk lo tetap tersenyum," ujar Vero membuat Al terdiam.

Bisu. Ya, Al kini seakan-akan menjadi bisu saat pendengarannya mendengar penuturan Vero. Otaknya tak bisa berjalan dengan baik saat ini, ada sesuatu yang aneh dalam tubuhnya. Ia memilih untuk mengalihkan pandangannya ke tempat lain untuk menormalkan kembali tubuhnya. Ia menarik nafas panjang dan menghembuskan nya.

"Lo mau kemana sekarang? " tanya Vero membuat Al segera memandangnya.

"Emhh, ke sana yukk," ajak Al menunjuk kearah kedai ice cream, tanpa sadar tangannya meraih tangan Vero dan segera menariknya, hal itu tentu di sadari Vero, tanpa penolakan Vero mengikuti Al dengan senyuman.

Mata Al berbinar saat mereka sudah sampai di kedai tersebut, dengan excited gadis itu memesan ice cream untuknya. Seakan teringat sesuatu, Al menoleh ke arah Vero yang ada di sampingnya.

ALONA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang