54

1.1K 71 8
                                    

Happy Reading
.
.
*****

Siang ini Al sudah di perbolehkan pulang oleh dokter, dan kini ia sudah berada di dalam mobil bersama Dion sebagai supirnya. Sepanjang perjalanan gadis itu hanya diam, isi kepalanya terus bergulat tentang beberapa kejadian yang beberapa minggu terakhir ini terjadi, dan hanya ada satu nama yang terbesit di kepalanya. Andai saja kondisinya tak selemah ini, mungkin ia sudah menghajar habis orang itu.

Sesampainya di kediaman Al mereka di sambut dengan suka cita oleh Bi Isum dan Anwar. Mereka sangat merindukan kehadiran Al di rumah itu, terlebih Anwar yang sangat khawatir saat mendengar kabar jika Al kehilangan penglihatannya.

Al bersama Dion memasuki rumahnya, sedangkan Anwar membawakan barang-barang Al. Saat memasuki rumahnya, entah kenapa ia merasa berbeda, sangat berbeda dengan suasana di luar rumah. Ia merasa di rumah itu semakin dingin, suasana rumah ini semakin membeku dirasanya. Tanpa aba-aba, ia menghentikan langkahnya.

"Bi, berapa hari mama gak pulang?"

Bi Isum yang berdiri di belakangnya pun terkejut dengan pertanyaan anak majikannya yang tiba-tiba, "Kayaknya, nyonya sudah 4 hari tidak pulang, Non. Nyonya bilang ada urusan di Singapura, jadi beberapa hari gak pulang," jawab Bi Isum.

Tanpa ekspresi dan tanggapan berlebihan, hanya satu kata 'oh' yang terlontar dari mulut gadis itu. Gadis itu sudah sangat hapal dengat tabiat mamanya yang selalu dan akan terus mementingkan pekerjaannya dari pada yang lain bahkan keluarga dan dirinya sendiri.

Beginilah jika ia harus terlahir di sebuah keluarga yang masing-masing orang tuanya sangat mengagungkan pekerjaan, bagi mereka memiliki anak adalah hanya untuk formalitas dalam pernikahan. Kadang gadis itu berpikir, mengapa mereka mau memiliki anak jika hanya membuat anak itu tak di pedulikan, itu lebih menyakitkan dibandingkan tidak hidup di dunia ini.

Gadis itu diantar oleh Dion menuju kamarnya, pemuda itu menuntun Al dengan sangat hati-hati. Biarpun Dion hanya lah sepupu, tapi kedekatan mereka sudah seperti saudara kandung, Al sangat menyayangi Dion karna hanya Dion lah satu-satunya keluarga yang benar-benar bisa ia harapkan saat ia ingin berkeluh kesah.

"Gue tidur di kamar sebelah, kalo lo ada apa-apa teriak aja gue bakal dateng. Pintu penghubungnya gue buka kok, tenang aja," kata Dion, Al mengangguk.

Drrttt...drrttt...drrtttt...

Dion merogoh saku celananya dan mengeluarkan benda pipih yang sedari tadi berdering. Ia melihat layar dan menaikkan sebelah alisnya.

"Siapa kak?"

"Kya, gue loadspeaker ya." Dion menggeser tanda hijau yang ada di layarnya lalu menekan tombol loadspeaker.

"Halo kak, Al dimana? Kalian udah balik?" kata seseorang yang ada di seberang sana.

"Iya, gue sama Al udah balik. Kenapa?"

"Yaelah, kenapa kagak bilang sih? Gue sama anak-anak ada di rumah sakit ini," gerutu Kya, yang membuat Al dan Dion terkekeh.

"Ya udah lah, kalian kan tinggal kerumah gue aja, kenapa susah banget sih?" Kali ini giliran Al yang menimpali ucapan Kya.

"Yaudah-yaudah gue kesana sekarang."

Bip.

Sambungan terputus. Al masih sedikit tertawa mendengar Kya yang menggerutu, "Gue pikir lo udah bilang ke anak-anak kita udah balik."

"Hehe, belum sempat," jawab Dion sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

***

ALONA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang